Jakarta, Aktual.com — Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio menuding, nilai kapitalisasi pasar yang dalam beberapa waktu lalu sulit melewati angka Rp5.000 triliun, dianggap gara-gara tren depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menjadi penyebab utamanya.
Padahal, pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sangat besar. Untuk kawasan Asia Tenggara menjadi yang tertinggi dan di dunia pertumbuhannya di level ketiga. Menurutnya, jika nilai tukar rupiah sulut dikendalikan, pertumbuhan yang besar itu menjadi percuma.
“Kalau growth sudah besar, tapi market cap (kapitalisasi pasar) malah tidak besar, karena sering terjadi depresiasi rupiah, ya susah juga ke depannya. Untungnya sekarang sudah bisa menembus Rp5.000 lebih,” terang Tito saat mengikuti RDP dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Rabu (27/4) malam.
Di menambahkan, dengan kondisi rupiah yang tren deprsiasinya seperti itu, bisa jadi dalam waktu lama akan bisa melorotkan pertumbuhan IHSG tersebut. Rupiah sendiri memang trennya terkadang melemah tapi juga kadang menguat di kisaran Rp13.200 per USD.
“Akhir pekan lalu, kapitalisasi pasar sempat menembus Rp5.200 triliun. Cum kalau kita bicara rata-rata frekuensi (harian), dua bulan yang lalu kita terbesar, tapi sekarang malah di posisi keempat,” keluh dia.
Kondisi pertumbuhan IHSG tersebut diklaim Tito akan lebih besar lagi jika diundangkannya UU Pengampunan Pajak (Tax Amnesty). Pasalnya dengan adanya dana repatriasi yang besar, diyakininya IHSG akan melanjutkan tren kenaikannya.
“Saya pribadi sih mendukung Tax Amnesty. Karena secara teori, IHSG sudah naik. Bottom kita di 4.200 dan pada Maret di kisaran 4.800-4.900. Dan masih berpotensi menguat terus,” tandas dia.
Tito meyakini, aliran dana repatriasi dari kebijakan tax amnesty akan mendorong penguatan IHSG, karena ada penurunan suku bunga deposito perbankan.
“Saya harap kebijakan (tax amnesty) ini berhasil, minimum bisa menurunkan suku bunga. Kalau bunga turun, pasar modal naik. Minimun itu akan kejadian,” harap Tito.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka