Jakarta, Aktual.com – Melemahnya nilai tukar rupiah menjadi salah satu hal yang disorot masyarakat pada Senin (2/10) kemarin. Bagaimana tidak, nilai tukar rupiah yang telah anjlok hingga Rp13.500 per Dollar AS merupakan yang terlemah dalam 10 bulan terakhir.
Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menilai anjloknya rupiah bukan karena faktor internal, dirinya justru mengkambing hitamkan kondisi regional sebagai faktor utama pelemahan rupiah.
“Emang yang lain enggak melemah? Enggak bandingin sih. Makanya sebelum bilang begitu (Rupiah melemah), bandingin dulu sama regional,” ujar Mirza saat ditemui dalam acara Rakornas Kadin, di Jakarta, Selasa (3/10).
Mirza pun menyebut mata uang beberapa negara tetangga yang juga tengah melemah terhadap dollar AS.
Mirza mengungkapkan, sejak 22 September Rupiah melemah 2,2 persen terhadap Dolar AS. Kemudian, Yen Jepang melemah 1,7 persen terhadap Dolar AS, Dolar Singapura juga melemah 1,6 persen.
“Hari ini, India Rupee melemah 0,4 persen. Apa artinya? artinya global,” ujarnya.
Lebih lanjut, Mirza pun menyebutkan tiga penyebab melemahnya mata uang beberapa negara terhadap dollar US. Pertama adalah adanya proposal baru mengenai penurunan pajak oleh Presiden AS Donald Trump.
“Walaupun ini belum komprehensif, tapi proposal ini jika diterima oleh kongres dan senat, maka ini jadi harapan baru bahwa ekonomi AS akan tumbuh lebih cepat lagi sehingga suku bunga naiknya jadi lebih cepat,” jelasnya.
Kedua, Gubernur The Fed, Yellen sempat menyatakan jika suka bunga AS akan naik pada Desember mendatang. Pernyataan yang dilontarkan pada pekan lalu ini pun berimbas pada menguatnya dollar terhadap mata uang sejumlah negara secara sekaligus.
Ketiga, spekulasi mengenai adanya pergantian pergantian gubernur The Fed juga turut mendongkrak dollar AS. Menurut Mirza, tiga pokok di atas merupakan alasan utama di balik penguatan dollar.
“Hal-hal begini oleh pasar keuangan dijadikan topik untuk 10 hari terakhir,” ujar Mirza.
“Tapi itu kembali ke fundamental kita. Kalau fundamental ekonomi kita baik-baik saja ya ekonomi kita baik-baik saja,” tutupnya.
(Reporter: Teuku Wildan)
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan
Eka