Jakarta, Aktual.co — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak menguat sebesar 80 poin menjadi Rp13.121 dibandingkan posisi sebelumnya sebesar Rp13.201 per dolar AS.
Analis mengatakan indeks dolar AS bergerak melemah terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah menyusul meredanya kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate) dalam waktu dekat.
“Meredanya peluang kenaikan Fed fund rate pada bulan Juni menjadi salah satu faktor penekan bagi nilai tukar dolar AS,” ujar Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu (13/5).
Menurut dia, meredanya peluang itu seiring dengan data ekonomi penting AS yang masih bervariasi atau cenderung di bawah ekspektasi. Pada hari Rabu waktu Amerika Serikat akan dirilis data penjualan ritel AS bulan April. Hasil yang lebih bagus dari sebelumnya berpeluang kembali mendorong penguatan dolar AS.
Dari dalam negeri, menurut dia, sentimennya masih “wait and see” terhadap penyerapan anggaran pembiayaan infrastruktur, diharapkan pemerintah dapat segera melaksanakan pembangunan infrastruktur.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan bahwa beberapa kebijakan yang sedang dikaji oleh Bank Indonesia seperti menurunkan rasio pinjaman terhadap nilai aset atau loan to value (LTV) diharapkan dapat mendorong konsumsi sektor properti meningkat.
Selain itu, dia mengatakan bahwa menjelang bulan puasa diharapkan pemerintah dapat menjaga harga kebutuhan pokok sehingga tidak mendorong inflasi yang tinggi. Meningkatnya inflasi akan membuat konsumsi melemah sehingga berpotensi menahan pertumbuhan ekonomi domestik.
“Konsumsi domestik yang baik akan menggerakkan ekonomi. Kondisi itu akan menopang rupiah,” ucapnya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Rabu (13/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.188 dibandingkan hari sebelumnya (12/5) Rp13.203.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka

















