Jakarta, Aktual.com — Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (USD) terus mengalami kenaikan. Hal ini dirasa positif bagi industri penerbangan seperti PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GGIA)
Sehingga maskapai pelat merah itu kemungkinan akan menyesuaikan tarifnya, mengingat pembelian avtur yang selama ini menggunakan USD, dengan rupiah menguat akan lebih baik lagi. Rupiah sendiri saat ini menguat di level sekitar Rp13.500/USD.
“Memang harga avtur sangat berpengaruh buat industri angkutan udara dan penguatan rupiah satu indikator yang baik untuk industri seperti kami ini,” jelas Direktur Utama Garuda Indonesia, Arif Wibowo di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (12/2).
Untuk itu, dengan adanya keuntungan tersebut, perseroan memastikan akan berdampak pada penyesuaian tarif. Terlebih, penerapan tarif batas bawah dan atas yang baru ini masih menguntungkan. Sehingga, kata dia, tak hanya GGIA, maskapai yang lain pun bisa saja menyesuaikan tarifnya.
“Saya kira koridor regulasi untuk pertarifan angkutan udara sangat fleksibel terhadap apa yang terjadi di lapangan,” tandas dia.
Apalagi saat ini, sistem pertarifan sektor industri penerbangan masih mengacu pada mekanisme pasar. Sehingga jika ada beban biaya yang rendah, bisa saja industri akan segera menyesuaikan.
Menurut dia, pihaknya sendiri masih mengikuti persaingan harga pasar. Sehingga Garuda tidak boleh melampaui aturan tarif yang sudah ditentukan, baik untuk tarif batas atas dan bawah. Dengan begitu, Garuda tidak boleh melampaui batas-batas itu. Semunya tergaantung mekanisme pasar.
“Mekanisme tarifnya masih dalam koridor yang pro pasar. sehihgga pelaksanaan untuk penggunaan tarif-tarif di dalam koridor batas atas dan bawah masih bisa diserap oleh industri airline,” tegas Arif.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka