Jakarta, Aktual.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Selasa (4/9), hampir mencapai Rp15.000, yakni sebesar Rp14.897.
Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail, mengatakan pelemahan rupiah ini akibat dari penguatan dolar AS terhadap hampir semua mata uang dunia.
“Dolar AS masih cenderung menguat terhadap hampir semua mata uang dunia. Perundingan perdagangan bebas yang buntu antara Amerika Serikat dan Kanada masih mendorong ketidakpastian di pasar,” katanya di Jakarta, Selasa.
Di tengah situasi itu, lanjut dia, investor akan melirik dolar AS sebagai aset “safe heaven”, sehingga dapat berdampak pada pelemahan rupiah.
Chief Market Strategist FXTM, Hussein Sayed menambahkan pada pekan lalu, investor berharap perkembangan positif antara Amerika Serikat dan Meksiko dapat meluas ke Kanada, Eropa, dan mungkin China. Namun optimisme itu mereda ketika AS gagal mencapai kesepakatan dengan Kanada.
“Trump juga mungkin memperburuk perang dagang apabila ia memutuskan untuk menerapkan tarif 200 miliar dolar AS terhadap barang China,” katanya.
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara juga menjelaskan tekanan krisis yang terjadi di Turki dan Argentina merambat ke negara berkembang. Ini disebut menimbulkan kekhawatiran para pelaku pasar global.
Kondisi ini menurut Bhima diperparah oleh rencana kenaikan Fed rate pada akhir September ini. Akibatnya investor melakukan flight to quality atau menghindari resiko dengan membeli aset berdenominasi dolar.
“Indikatornya US Dollar index naik 0,13% ke level 95,2. Dolar index merupakan perbandingan kurs dolar AS dengan 6 mata uang lainnya,” ujar Bhima.
Sementara itu dari dalam negeri kinerja perdagangan kurang optimal. Neraca perdagangan terus mengalami defisit. Hal ini berimbas juga pada defisit transaksi berjalan yang menembus 3% pada kuartal II 2018.
“Artinya pelemahan rupiah diproyeksi akan berlanjut hingga tahun depan dan menembus batas psikologis 15.000 pada akhir 2018. Tahun 2019 harus diwaspadai kebijakan bunga acuan Fed yg akan naik 3 kali lagi bisa memicu pelemahan kurs lebih dalam,” ujar Bhima.
Artikel ini ditulis oleh: