Sedangkan faktor internal, lanjut dia, secara fundamental rupiah masih cukup bagus mengingat makroekonmi nasional yang kondusif. Dengan ekonomi yang kondusif maka potensi dana asing masuk ke dalam negeri terbuka lebar dan memicu permintaan rupiah meningkat.
Sementara, Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menambahkan bahwa penguatan dolar AS terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah relatif terbatas di tengah inflasi Amerika Serikat yang rendah, kondisi itu mengganjal prospek pengetatan moneter seperti kenaikan suku bunga AS (Fed Fund Rate).
Di sisi lain, lanjut Lukman Otunuga, menjelang Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada pekan ini, pergerakan rupiah juga bergerak bervariasi. Pelaku pasar menanti kebijakan BI 7-day Reverse Repo Rate.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini (19/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.258 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.238 per dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Wisnu