Jakarta, Aktual.co — Mungkin karena takut dipecat Presiden Jokowi, Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brojonegoro membuat pembenaran yang rada “senewen” terkait pelemahan Rupiah. Menkeu menyatakan bahwa pelemahan rupiah akan untungkan APBN. Alasannya perusahaan akan meningkatkan ekspor mereka sehingga penerimaan APBN akan meningkat.
“Menkeu Bambang lupa bahwa sebagian besar kegiatan produksi untuk ekspor di dalam negeri membutuhkan dolar. Mulai dari biaya investasi hingga produksi, baik untuk menghasilkan minyak, gas, mineral, batubara, dan juga kegiatan industri lainnya. Bahkan 70 persen bahan baku industri kita adalah impor,” ujar pengamat ekonomi dari Asosisasi Ekonomi Politik Indonesia, Salamuddin Daeng di Jakarta, Kamis (12/3).
Lebih lanjut dikatakan bahwa saat ini banyak perusahaan swasta maupun BUMN telah tersandera utang luar negeri yang menggunung. Sedangkan jatuhnya rupiah diklaim akan meningkatkan penerimaan pajak. Jatuhnya kurs rupiah justru membuat banyak perusahaan dan industri kolaps. Asosiasi Batu bara Indonesia (APBI) menyebutkan, ada sekitar 40 perusahaan batu bara yang tutup lantaran tidak kuat menghadapi anjloknya nilai jual. SKK migas menyebutkan Sebagian KKKS mengurangi kegiatan pengeboran, seperti Pertamina, PHE, CNOOC akibat penurunan harga minyak.
“Sebagian besar industri nasional yang ditopang oleh bahan baku impor akan bangkrut akibat meningkatnya ongkos produksi, inflasi yang tidak terkendali dan suku bunga yang menjulang tinggi,” tegasnya.
Menurutnya, fakta penerimaan pajak Januari tahun 2015 kurang dari Rp7 triliun dari target yang telah ditetapkan. Para analis memperkirakan kemerosotan penerimaan pajak akan terus berlangsung seiring ekonomi yang semakin melemah.
“Statemen Menkeu Bambang perlu dipertanyakkan, apakah berarti bahwa rupiah akan terus dilemahkan, Atau menteri hanya bingung tidak tau harus berbuat apa dalam menghadapi pelemahan rupiah, Sebelum Menteri Bambang senewen, Lebih baik mundur,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka