Petugas menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang BNI Melawai, Jakarta, Selasa (15/9). Nilai tukar rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang Federal Open Market Committee (FOMC), Selasa (15/9) menyentuh level Rp 14.408 per dolar AS atau melemah 0,52 persen dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.333 per dolar AS. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/ama/15

Jakarta, Aktual.com — Kurs nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS yang semakin tertekan melewati level psikologis Rp14.500 menunjukkan kebijakan pemerintah Jokowi-JK belum mampu meyakinkan pasar akan perbaikan ekonomi Indonesia.

Dalam laman Bank BCA, kurs jual rupiah yang diperdagangkan mencapai Rp14.595. Namun, kurs jual rupiah di Bank Mandiri masih di kisaran Rp14.475.

“Tanpa ada penanganan serius dari pemerintah dan Bank Indonesia, situasi ekonomi seperti ini akan membuat rupiah semakin melemah. Apalagi dengan sentimen market yang menunggu keputusan The Fed akan membuat rupiah terus menurun,” ujar Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada kepada Aktual di Jakarta, Rabu (16/9).

Menurutnya, sentimen dalam negeri seperti surplus neraca perdagangan sekalipun tidak mampu langsung mengangkat nilai tukar rupiah. Langkah nyata Pemerintah sangat diperlukan untuk mengerek nilai tukar rupiah. Pasalnya Bank Indonesia sendiri sudah kehabisan peluru untuk menaikkan nilai tukar rupiah.

“Tidak ada tindakan Pemerintah yang mampu memberikan sentimen positif, kita tekannkan ke pemerintah,” jelasnya.

Bank Indonesia yang mempunyai tugas menjaga stabilitas sudah kehabisan peluru untuk menjaga nilai tukar rupiah di bawah Rp14.000. Berapapun cadangan devisa yang akan dikeluarkan BI, dampaknya hanya sementara

“Intervensi BI hanya bersifat sementara, hari ini menguat, tapi belum tentu besok menguat. Penguatan hanya bersifat sementara bukan sustainable (berkelanjutan). Peluru BI sudah banyak berkurang,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka