Jakarta, Aktual.co — Analis Ekonomi Politik AEPI (Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia) Kusfiardi mengatakan bahwa otoritas moneter jangan hanya bisa mengumbar retorika dalam menyikapi melemahnya rupiah.
“Rupiah melorot lagi, pagi ini Bank Mandiri kurs jualnya sudah menyentuh level Rp13.165 per Dolar AS. Otoritas moneter bilang mereka sudah hadir di pasar melalui pasar valas dan pasar SBN. Namun kehadiran saja tidak cukup untuk mengendalikan nilai tukar rupiah. Kondisi ini dibuktikan dengan terus melemahnya rupiah terhadap Dolar AS,” kata Kusfiardi kepada Aktual.co di Jakarta, Kamis (11/3).
Mnurutnya, upaya mitigasi Bank Indonesia (BI) setidaknya harus berorientasi pada upaya spekulasi yang dilakukan spekulan dengan berselancar di isu global, seperti Quantitative Easing (QE) oleh The Fed. Termasuk isu membaiknya perekonomian AS.
“Upaya kehadiran BI juga harus berkorelasi dengan penerapan kebijakan Devisa hasil ekspor (DHE) dan kepatuhan menjalankannya,” tuturnya.
Ia menjelaskan, hal penting dalam konteks mitigasi adalah melakukan koreksi kebijakan moneter agar bisa menekan Current account defisit (CAD) melalui dorongan kegiatan industri yang memiliki nilai tambah. Baik untuk substitusi impor maupun menggenjot ekspor.
“Terusannya adalah keseriusan untuk melakukan aksi nyata dalam menekan CAD terutama dari impor migas,” jelas dia.
Dikatakannya, Pemerintah harus prioritaskan membangun refinery agar tak lagi tergantung pada impor BBM. Kemudian membangun industri dasar untuk mengurangi impor bahan baku industri nasional.
“Tanpa langkah nyata tersebut, nilai tukar Rupiah tetap akan mengalami gejolak. Kondisi itu menjadi alat meraup keuntungan bagi spekulan dengan berselancar pada isu eksternal yang tidak sepenuhnya berkorelasi dengan kondisi fundamental Rupiah,” tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka