Jakarta, Aktual.co — Wakil Presiden (Wapres) RI Jusuf Kalla mengatakan bahwa polemik pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang menyentuh level terburuknya setelah 1998, tidak lantas membuat pemerintah mengikuti langkah European Central Bank (ECB) yang melonggarkan kebijakan moneternya.

Menurut JK, saat ini kebijakan moneter di Indonesia sudah cukup longgar. Bahkan beberapa waktu lalu, Bank Indonesia (BI) juga telah menurunkan tingkat suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 25 basis poin.

“Sekarang kan kita sudah termasuk yang longgar (kebijakan moneter), bunga sudah diturunin, macam-macam,” kata JK di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Kamis (12/3).

Ia menjelaskan, anjloknya nilai tukar rupiah lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen eksternal karena menguatnya mata uang USD.

“Ini kan efek dari luar yang paling banyak, dalam negeri juga tentu ada efeknya terhadap ekspor menurun, nilainya atau harga turun, tapi juga lebih banyak dari luar karena menguatnya dolar, karena euro juga melemah,” jelas dia.

Ia menegaskan, jika Pemerintah saat ini melonggarkan kembali kebijakan moneter maka akan berpengaruh terhadap meroketnya angka inflasi.

“Ya kalau dilonggarin nanti terus inflasi lagi, lebih bahaya lagi. Itukan Eropa, kita tidak usah ikut, beda mereka malah krisis, itu hanya untuk Yunani,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka