Jakarta, Aktual.com – Invasi yang dilakukan oleh Rusia ke Ukraina memicu melonjaknya harga gas alam dunia pada perdagangan jelang siang hari Kamis (24/2). pukul 11.41 WIB harga gas alam acuan Henry Hub tercatat US$ 4,77/MMBtu, melonjak 3,22%.

Sejak perdamaian kedua negara itu batal hingga perang meletus saat ini, harga gas alam dunia telah melambung 21% point-to-point (ptp).

 

Ledakan yang berasal dari serangan rudal balistik Rusia terus menghantam ibukota Ukraina, Kyiv dan beberapa wilayah negara itu. Melansir dari NBC News, Seorang pejabat senior Menteri dalam Negeri Ukraina mengatakan dalam sebuah pesan teks bahwa “serangan jelajah dan rudal balistik sedang berlangsung”.

Kejadian tersebut menambah kekhawatiran para pelaku pasar terhadap pasokan gas dunia. Terutama di Eropa yang bergantung pada gas alam Rusia. Sepanjang lima tahun terakhir, 33% produk energi di Eropa diimpor dari negara beruang merah. Sehingga jika pasokan terkikis bukan tidak mungkin krisis energi bisa menghantam Eropa.

Sejumlah sanksi telah dijatuhkan oleh sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat. Kondisi tersebut membuat Rusia berang dan mengancam harga gas akan naik lebih tinggi dua kali lipat setelah Jerman menginjak rem pada pipa Nord Stream 2.

Pipa Nord Stream 2 adalah jalur pipa gas alam antar Nord Stream 2 Rusia dan Jerman. Saat ini jalur pipa itu sebenarnya sudah selasai namun belum beroperasi.

Dalam tanggapannya, Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengancam “Dunia baru yang berani” di mana orang Eropa akan membayar €2.000 untuk 1.000 meter kubik gas alam. Harga patokan eropa saat ini diperdagangkan pada sekitar €79 euro per megawatt per jam, sama dengan sekitar €830 euro per 1.000 meter kubik.

Menurut BP Statistics Review, seperempat atau 25,3% pangsa pasar ekspor gas alam dunia dimiliki oleh Rusia. Sehingga kekuatan Rusia sangat besar untuk menggerakkan harga gas alam.

Selain itu, Rusia adalah produsen gas alam terbesar kedua di dunia dengan kontribusi mencapai 16,6% produksi gas alam pada tahun 2020.

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin