Moskow, Aktual.com – Juru bicara Istana Kremlin, Dmitry Peskov memperingatkan kalau negaranya siap menggunakan senjata nuklir di Ukraina, kalau Amerika Serikat dan NATO terus menerus membantu Ukraina dengan persenjataan, apalagi bantuan senjata nuklir.
Dilansir dari India Today, pemerintah Rusia sendiri telah mengingatkan bahwa kebijakan nuklirnya masih aktif setelah Presiden AS Donald Trump mengungkapkan rencana baru untuk mengirim senjata canggih ke Ukraina. ”Doktrin nuklir Rusia tetap berlaku, dan dengan demikian, semua ketentuannya tetap berlaku,” tegas Peskov, Rabu (16/7) waktu setempat.
Pernyataan Peskov muncul sehari setelah Trump mengumumkan bahwa AS dan NATO segera mengirim senjata canggih, termasuk sistem rudal Patriot untuk membantu Ukraina mempertahankan diri dari Rusia. Trump juga mengatakan bahwa negara-negara Eropa akan dapat membeli peralatan militer buatan AS untuk pertahanan Ukraina.
Meskipun bersikap tegas, Peskov mengatakan Rusia masih terbuka untuk perundingan damai. Ia menyebutkan bahwa Presiden Trump dan timnya saat ini memainkan peran utama dalam upaya memediasi konflik. ”Banyak pernyataan telah dibuat, banyak ungkapan kekecewaan telah disuarakan, tetapi kami tentu berharap ada juga tekanan dari pihak Ukraina,” kata Peskov.
Peskov juga menambahkan bahwa pertemuan antara Trump dan Putin ”dapat diatur dengan sangat cepat,” meskipun belum ada rencana resmi yang dikonfirmasi sejauh ini. Meskipun sebelumnya Trump ”mengancam” Moskow bahwa AS akan mengenakan tarif impor hingga 100 persen terhadap Rusia, jika dalam 50 hari tidak juga berdamai dengan Ukraina.
Untuk diketahui, dalam doktrin nuklir Rusia, menyatakan bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika negara tersebut — atau salah satu sekutunya — diserang, terutama jika penyerangnya adalah negara non-nuklir yang didukung oleh negara nuklir. Klausul tersebut dapat dianggap berlaku untuk Ukraina, karena Kyiv menerima dukungan militer yang sangat kuat dari AS dan NATO.
Pada Desember 2024, Presiden Rusia Vladimir Putin memperbarui doktrin nuklir tersebut, agar Rusia lebih mudah membenarkan tindakan nuklir dalam kasus-kasus tertentu, termasuk ketika menghadapi ancaman senjata pemusnah massal.
NATO Tetap Ancaman Utama Rusia

Sementara itu, Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia, Sergey Shoigu menegaskan kalau negaranya tetap memandang kalau Aliansi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tetap menjadi ancaman utama bagi keamanan Rusia.
Dilansir dari Kantor Berita Rusia, TASS, Shoigu menyampaikan hal itu dalam sebuah wawancara dengan harian Kommersant baru-baru ini di Moskow. ”Kita tidak boleh lupa, bahwa NATO masih tetap menjadi ancaman utama bagi keamanan nasional Rusia,” tegasnya.
Shoigu menyoroti fakta bahwa menurut data resmi, jumlah personel militer NATO setara dengan lebih dari 4 juta tentara, dan blok tersebut memiliki lebih dari 50 ribu tank dan kendaraan tempur lapis baja, lebih dari 7 ribu jet tempur, dan lebih dari 750 kapal perang.
Seperti yang ditegaskan Shoigu, rencana peningkatan anggaran militer NATO justru hanya akan memperkuat potensi ini. ”Selain itu, kita tidak boleh lupa bahwa negara-negara anggota aliansi mengoperasikan gugus sekitar 350 satelit militer dan sipil yang secara aktif digunakan melawan Rusia dalam konflik Ukraina. Angka ini belum termasuk ribuan satelit Starlink,” ungkap Shoigu.
(Indra Bonaparte)

















