Jakarta – Aktual.com – Rusia dan China, Senin (5/12), menolak resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang meminta gencatan senjata tujuh hari di Aleppo, Suriah.
Rusia beralasan bahwa resolusi itu memberikan kesempatan kepada pemberontak untuk mengelompokkan diri lagi sehingga membutuhkan waktu bagi pembicaraan Washington dengan Moskow.
Itu keenam kali Rusia mengajukan veto atas resolusi Dewan Keamanan PBB sejak perang di Suriah dimulai pada 2011 dan yang kelima kali China menghadang tindakan tersebut.
Venezuela juga memveto naskah usulan Selandia Baru, Mesir, dan Spanyol itu, sedangkan Angola abstain. Sebelas negara lain mendukung resolusi tersebut.
“Jeda seperti itu dimanfaatkan pemberontak untuk memperkuat amunisi dan posisi mereka serta hanya akan memperburuk penderitaan warga,” kata Duta Besar Rusia di PBB, Vitaly Churkin, mengenai usul gencatan senjata tujuh hari di Aleppo tersebut.
PBB menyebutkan bahwa lebih dari 200 ribu orang mungkin masih terperangkap di sejumlah wilayah di Aleppo yang dikuasai oleh pemberontak. Mereka diperkirakan terkena dampak terbatasnya persediaan pangan dan kekurangan bantuan.
Rusia pada Senin menyatakan bahwa pihaknya akan memulai pembicaraan dengan Washington terkait penarikan pasukan oposisi dari Aleppo pada pekan ini setelah pasukan Suriah yang dibekingi Rusia melakukan serangan untuk merebut lebih banyak wilayah dari tangan pemberontak yang berupaya menghindari kekalahan telak.
Churkin beralasan bahwa tindakan Dewan Keamanan PBB itu dapat menunda waktu untuk pembicaraan Washington dengan Moskow.
“Hal ini menciptakan alibi,” kata Wakil Duta Besar AS di PBB, Michele Sison, kepada Dewan Keamanan.
“Kita tidak akan mencapai terobosan karena Rusia lebih memfokuskan diri pada melindungi keuntungan militernya daripada membantu warga Aleppo,” kata perempuan tersebut.
“Kita tidak akan membiarkan hambatan dari Rusia yang menyertai Dewan Keamanan PBB, sedangkan menunggu sikap kompromi dari Rusia juga tidak kunjung datang,” katanya.
Dua Besar Inggris untuk PBB, Matthew Rycroft, sangat terkejut terhadap China yang bergabung dengan Rusia dalam memveto resolusi tersebut yang juga menuntut akses bantuan kemanusiaan dan mengakhiri kekerasan di Suriah.
“(Rusia dan China) telah memilih untuk memveto bukan karena kurangnya konsultasi, tetapi karena mereka telah lama salah keyakinan dalam kezaliman yang telah menewaskan hampir setengah juta rakyatnya sendiri,” kata Rycroft.
Duta Besar China untuk PBB, Liu Jieyi, menyatakan bahwa veto terhadap naskah tersebut ditunda untuk memberikan kesempatan negosiasi lebih lanjut dalam mencapai konsensus dewan.
Ia juga menuding Rycroft meracuni situasi dan menyalahgunakan forum tersebut melalui pidatonya.
Duta Besar Selandia Baru di PBB, Gerard van Bohemen, menyatakan bahwa kegagalan bertindak dapat merusak reputasi Dewan Keamanan dan bencana besar bagi rakyat Suriah. (ant)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara