Moskow, Aktual.com – Ultimatum Presiden AS Donald Trump yang memberi batas waktu 50 hari kepada Rusia untuk berdamai dengan Ukraina, atau menghadapi tarif impor 100 persen dari AS, langsung direspon Rusia.
Penolakan ultimatum tersebut, justru dijawab bahwa invasi militer yang diperintahkan Presiden Rusia Vladimir Putin akan terus berlanjut hingga tujuannya tercapai. Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov saat merespon ultimatum Trump itu.
Dilansir dari CBS News, pada Selasa (15/7), Sergey Ryabkov mengatakan ”segala upaya untuk mengajukan tuntutan, terutama ultimatum, tidak dapat kami terima,” dikutip dari kantor berita pemerintah Rusia, TASS.
”Kita perlu fokus pada kerja politik dan diplomatik. Presiden Federasi Rusia telah berulang kali mengatakan bahwa kita siap bernegosiasi dan jalur diplomatik lebih baik bagi kita,” kata Ryabkov.
”Namun, jika kita tidak dapat mencapai tujuan kita melalui diplomasi, maka SVO (perang di Ukraina) akan terus berlanjut. Ini adalah posisi yang tidak tergoyahkan. Kami ingin Washington dan NATO secara keseluruhan menanggapinya dengan sangat serius,” kata Ryabkov lagi.
Sedangkan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov secara terpisah menyebut pengumuman Trump ”cukup serius.”
”Sebagian isinya ditujukan secara pribadi kepada Presiden Putin. Kami jelas membutuhkan waktu untuk menganalisis apa yang dikatakan di Washington,” ujar Peskov pada Selasa (15/7). ”Jika dan ketika Presiden Putin menganggap perlu, beliau pasti akan mengomentarinya. Saya tidak ingin terburu-buru, jadi mari kita tunggu keputusan Putin apakah beliau akan mengomentarinya sendiri.”
Sementara mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, yang dekat dengan Kremlin, menyebut pernyataan Trump sebagai ”ultimatum teatrikal” dalam sebuah unggahan di media sosial, dan ia menegaskan bahwa ”Rusia tidak peduli.”
Seperti diberitakan sebelumnya, Trump bersama Sekjen NATO Mark Rutte di Ruang Oval Gedung Putih pada Senin (14/7) mengatakan: ”Kami sangat, sangat tidak senang dengan mereka,” kata Trump tentang Rusia. ”Dan kami akan menerapkan tarif yang sangat berat jika tidak ada kesepakatan dalam 50 hari.”
”Tarif sekitar 100 persen. Anda tahu apa artinya. Tapi hari ini kita akan membahas hal lain,” tegas Trump.
Trump juga mengungkapkan rasa frustasinya terhadap Putin, yang baru-baru ini ia sebut ”benar-benar gila” karena memerintahkan serangan terhadap wilayah sipil di Ukraina. Trump mengatakan bahwa otokrat Rusia itu memiliki kebiasaan mengatakan satu hal dan kemudian melakukan hal lain.
Namun ketika ditanya dalam wawancara dengan mitra CBS News, BBC News, apakah ia sudah selesai berurusan dengan pemimpin Rusia, Trump berkata: ”Saya kecewa padanya, tapi saya belum selesai dengannya. Tapi saya kecewa padanya.”
Untuk diketahui, meski Rusia telah mempertahankan kendali atas Krimea dan mendirikan pemerintahannya sendiri di sana, bersama dengan wilayah luas Ukraina timur yang direbut selama tiga tahun terakhir. Namun kekuasaannya atas wilayah tersebut tidak diakui oleh AS, Perserikatan Bangsa-Bangsa, atau mayoritas komunitas internasional.
Salah satu tuntutan utama Putin untuk gencatan senjata dalam perang yang sedang berlangsung adalah bahwa Ukraina, dan pendukung internasionalnya, harus mengakui kepemilikan Rusia atas setidaknya sebagian wilayah yang sudah didudukinya itu.
(Indra Bonaparte)

















