Moskow, Aktual.com – Kementerian Luar Negeri Rusia, mengatakan terlalu dini menuduh Pemerintah Suriah bertanggung jawab untuk serangan gas beracun mematikan di Provinsi Idlib dan menilai diperlukan penyelidikan tepat.
Diberitakan kantor berita RIA, Kamis (6/4), kementerian itu juga membantah pernyataan Amerika Serikat bahwa serangan tersebut, yang menewaskan sedikit-dikitnya 70 orang, berarti kesepakatan memusnahkan persediaan senjata kimia negara itu gagal. Kementerian Luar Negeri Rusia, menurut laporan RIA, menilai proses itu sebenarnya sudah “cukup sukses”.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuduh pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad “melampaui garis merah” dengan melakukan serangan pada warga dan mengatakan sikapnya terhadap Suriah dan Assad berubah, tapi tidak memberikan tanda bagaimana ia akan beraksi.
Rusia menunjukkan secara terbuka akan membela Bashar dan mengatakan bahwa serangan senjata kimia itu kemungkinan disebabkan kebocoran dari gudang senjata, yang dikuasai pemberontak Suriah.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengutuk dugaan penggunaan senjata kimia di Kota Kecil Khan Shikhoun, Suriah, dan menyatakan WHO “khawatir” mengenai penggunaan bahan kimia beracun sebagai senjata di negara yang dicabik perang itu.
Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO Peter Salama mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi di Idlib telah membuatnya sedih dan marah.
“Senjata jenis ini dilarang oleh hukum internasional sebab merupakan kekejaman yang tak bisa ditolerir,” ia menambahkan.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh: