“Kesepakatan pembelian senjata ini menunjukkan kepada publik Indonesia bahwa Rusia adalah sekutu yang bekerja sama dengan prinsip saling menghormati tanpa melibatkan persoalan politik,” kata Galuzin.

“Kesepakatan ini tentu saja akan menguntungkan kedua negara,” ucapnya.

Namun demikian, Galuzin mengabaikan fakta bahwa negaranya sendiri juga menerapkan embargo terhadap Pakistan dengan motivasi politik–persis seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Embargo itu sudah dicabut pada 2014 lalu.

Menurut majalah The Diplomat, sikap keras Moskow terhadap Islamabad sudah dimulai sejak masa Perang Dingin. Saat itu, politik luar negeri Pakistan lebih condong ke koalisi NATO, sementara Uni Soviet memilih India sebagai aksis politik regional di Asia Selatan.

Sementara itu di sisi lain, Amerika Serikat dan Rusia memang merupakan dua negara yang jarang akur. Kedua negara saling berseberangan dalam konflik di Suriah–di mana Moskow mendukung rezim Presiden Bashar al Assad sementara Washington ingin menggulingkannya–dan juga dalam krisis di Semenanjung Korea.

ant

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby