Jakarta, Aktual.com – Tokoh Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun menanggapi peristiwa tewasnya 6 orang Laskar FPI akibat bentrok dengan Polisi.
Cak Nun mendorong agar dialog empat mata antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Muhammad Rizieq Shihab terjadi.
“Sambil menunggu Presiden mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya enam (6) rakyatnya, sekarang saatnya terjadi Dialog 4 mata antara Jokowi dengan Habib Riziq. Di“wali”i misalnya oleh Pak Jusuf Kalla dan Gus Mus (KH Mustofa Bisri),” katanya seperti dikutip dari website Caknun.com pada Selasa (8/12).
Setelah dialog, katanya, bisa disusul dialog-dialog berikutnya antar berbagai kelompok dan stakeholders bangsa ini. Ia juga menjabarkan jika harus ada prinsip yang dicapai dari dialog tersebut. Misalnya:
1. Menang bersama, bukan menangan sendiri
2. Semua insyaallah menjadi lerem dan tenang oleh pertemuan itu
3. Tidak boleh ada yang dipermalukan.
“Menang tanpo ngasorake. Yang menang NKRI, Persatuan Kesatuan, Bangsa dan Rakyat Indonesia. Win-win Game. Kita punya Pancasila, kita pelaku Demokrasi, kita punya warisan wisdom luar biasa dari sejarah masa silam,” ujarnya.
“Kita pastikan apapun yang terlanjur terjadi, pada akhirnya yang menang adalah bangsa dan rakyat Indonesia,” sambungnya.
Selain itu, Cak Nun juga menyebut jika semua pertengkaran nasional yang tak ada ujungnya ini karena semua pihak tidak mempelajari, mendewasai dan membijaksanai manajemen jarak antara musyawarah menuju mufakat dalam Sila-4 Pancasila.
“Ini momentum untuk menguji apakah bangsa kita punya tokoh dengan jiwa kepemimpinan, berkecerdasan dan berkebijaksanaan pemimpin,” tuturnya.
Cak Nun menyebut jika ada enam orang rakyat Indonesia mati ditembak. Namun, tidak henti-henti mereka malah saling tuding satu sama lain.
“Menurut FPI yang salah Polisi, menurut Polisi yang salah FPI. Kita rakyat mendengarkan dan percaya ke yang mana?” tanyanya.
“Semua keruhnya permusuhan yang tak habis-habis ini adalah akibat yang tidak diurus sebabnya secara mendasar,” pungkasnya.(RRI)
Artikel ini ditulis oleh:
Warto'i