“Kami cukup ‘comfortable’ pada level Rp14.500-Rp14.600, kalau tadi ditawarkan Rp14.500, kami bisa menerima,” katanya.
Dengan kenaikan asumsi nilai tukar ini, Suahasil menambahkan, maka juga terdapat penyesuaian target dan pagu dalam postur penerimaan maupun belanja negara yang sebelumnya disusun dalam draf awal RAPBN 2019.
“Kalau terdapat kenaikan Rp100, ‘nett effect’nya itu surplus Rp1,1 triliun-Rp1,2 triliun,” ujarnya.
Sebelumnya, sejumlah anggota Badan Anggaran meminta adanya kenaikan kurs dari asumsi awal Rp14.400 per dolar AS untuk RAPBN 2019, mengingat tekanan global yang masih terjadi dapat mempengaruhi pergerakan rupiah hingga tahun depan.
Suahasil mengakui pergerakan rupiah saat ini yang berada pada kisaran Rp14.800-Rp14.900 per dolar AS merupakan angka yang “undervalued” karena tingginya tekanan eksternal, meski untuk rata-rata tahunan hingga pertengahan September 2018 mencapai Rp13.998 per dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid