Menteri ESDM Ignasius Jonan (kiri) dan Wamen ESDM Arcandra Tahar (kanan) bersiap mengucapkan sumpah jabatan saat upacara pelantikan yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/10). Presiden melantik Ignasius Jonan sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Arcandra Tahar sebagai Wakil Menteri ESDM pada sisa masa tugas Kabinet Kerja 2014-2019.

Jakarta, Aktual.com – Mantan Staf Khusus Menteri ESDM era Sudirman Said, M Said Didu mengakui pasangan Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar bisa menjadi pasangan yang kuat selama tidak ada ditunggangi kepentingan politis di dalamnya.

Untuk itu, dirinya mendukung kebijakan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu dengan mengangkat dua orang tersebut. Dan mestinya dukungan Jokowi juga harus tinggi sampai tiga tahun ke depan.

“Jika ditanya apakah Kementerian ESDM itu butuh seorang Wamen? Soalnya waktu zaman Pak Sudirman tidak ada Wamen, dan tak ada masalah. Tspi saat ini apakah butuh seorang Wamen?” tutur Didu di acara diskusi di Gado-Gado Boplo, Jakarta, Sabtu (15/10).

Menurutnya, jika dilihat ke sosok Arcandra Tahar yang dianggapnya memahami dan memiliki kompetensi di bidang ESDM, maka sah-sah saja ada wamen di kementerian ini.

“Kalau orangnya itu dia (Arcandra Tahar), maka Kementerian ESDM memang butuh wamen. Apalagi menterinya tak paham sektor ESDM, meski memang seorang yang tegas. Jadi sah-sah saja ada wamen ESDM,” jelas Didu.

Didu melihat, sosok Arcandra ini bisa dianggap kuat secara politik, karena dia sangat dipercaya oleh Presiden Jokowi. Namun demikian, posisi Wamen ini jangan sampai ditunggangi kepentingan politik tertentu. Sehingga malah peran menterinya sendiri malah.

“Kalau begitu pasti akan jadi masalah. Karena sosok Jonan ini seorang menteri yang menginginkan bawahannya itu seperti dirinya (tegas),” ujar dia.

Sehingga dengan begitu, dirinya berharap jangan sampai Jonan sendirinya nantinya malah cuma sebagai bemper.

“Tentu menteri sendiri harus kuat perannya termasuk dalam hal membuat kebijakan. San jangan sampai kebijakan dan keputusan itu dibuat dari banyak jendela, seperti saat Pak Dirman (Sudirman Said) menjabat,” tegas dia.

Dirinya pun mengeluhkan dukungan politik saat Sudirman menjabat sebagai menteri. Di tahun pertama, kata dia, duungannya kuat, tapi setelah itu melemah, sehingan banyak tangan-tangan yang ikut campur.

“Bahkan ada yang bisa langsung masuk ke Istana untuk membicarakan kebijakan ESDM tanpa melalui meterinya,” keluh dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby