“Nah kalau data yang disampaikan oleh pihak pemerintan salah, ini akhirnya menimbulkan keraguan di mata masyarakat dan investor. Bahwa memang sebenarnya penurunan daya beli masyarakat sengaja ditutup-tutupi,” jelas Bhima.
Tidak hanya itu, Bhima juga meyakini jika kesalahan Presiden dalam memaparkan data telah menjatuhkan kredibilitas pemerintah Indonesia di mata dunia internasional. “Ini juga dikutip oleh berbagai media internasional, ini bisa menurunkan kredibilitas pemerintah. Itu poinnya,” ujarnya menyudahi.
Dalam berbagai kesempatan, Presiden Jokowi memang kerap berdalih bahwa sepinya aktivitas jual beli di ritel terjadi karena adanya pergeseran perilaku masyarakat yang lebih memilih untuk membeli barang melalui belanja online.
Padahal berdasar data yang dimiliki INDEF, porsi belanja online hanya mencapai 1,1% dari jumlah keseluruhan sektor ritel.
Teuku Wildan A
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan