Semarang, Aktual.co — Salah satu korban tragedi peristiwa 1965 yang sampai saat ini berada di kuburan massal di Kampung Plumbon, Kelurahan Wonosari, Ngaliyan, Semarang, diduga bupati Kendal, Soesatyo, pada masa itu.
Keterangan itu disampaikan Kelana Siwi, pegiat budaya di Kabupaten Kendal saat berbincang dengan Aktual.co, Selasa (9/12).
Fakta historis tersebut didapat saat beberapa waktu lalu dirinya bersama jurnalis lainnya, yakni Adhitia Armitrianto dan Tommy Setiawan, mewawancarai Mukrom (74), warga Desa Pidodo, Patebon, Kendal.
Mukrom merupakan salah satu korban Peristiwa 1965 yang ditawan di Pulau Nusakambangan. Saat itu, dirinya adalah ketua Commitee Resort Partai Komunis Indonesia (PKI) Desa Pidodo Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal.
Berdasarkan keterangan Mukrom, identitas korban lain selain Soesatyo, yang baru diketahui adalah Mutiah (warga Patebon guru TK Melati Kendal, anggota Gerwani), Sakroni (ketua Commitee Subseksi PKI Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal), Darsono (warga Margorejo Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal, dulunya merupakan anggota Pemuda Rakyat), dan Dulkamid (warga Kelurahan Pidodo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal, dulu merupakan ketua Commitee Subseksi PKI Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal).
Menurut Kelana Siwi, Mukrom mengetahui identitas korban, sebab sebelum para korban dibawa ke lokasi eksekusi di tepi hutan jati Kampung Plumbon Kelurahan Wonosari Kota Semarang, korban-korban tersebut sempat ditawan di daerah Kaliwungu bersama Mukrom.
Jumlah korban sekitar ada 21 orang, keterangan jumlah ini berbeda dengan versi warga Wonosari yang menyebut ada 24 orang. Sedangka versi warga lainnya ada yang menyebut ada 12 orang.
“Korban dibawa ke Wonosari sore hari dengan truk. Hanya menurut warga Wonosari kedatangan korban ke Wonosari ini adalah malam hari. Jadi sebelum sampai di Wonosari sempat dibawa ke mana belum diketahui,” ujar dia.

Artikel ini ditulis oleh: