Jakarta, Aktual.com – Allah swt. berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artiya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bersalawat untuk nabi (Muhammad). Wahai orang-orang yang beriman, bersalawatlah untuknya dan bersalamlah dengan sebenar-benarnya salam,” [Qs. Al-Ahzab/33: ayat 56]
Maksud dari Salawat Allah Swt untuk nabi Muhammad Saw adalah Rahmat-Nya, dan salawat para malaikat untuk beliau adalah istigfar, sedangkan salawat dari seorang muslim untuk beliau adalah doa.
Kenapa kita bersalawat untuk Nabi Muhammad Saw?
Dikisahkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi dalam kitab sunannya, bahwa sayyidina Ubay bin Ka’ab ra berkata: “Bila dua pertiga malam berlalu, Rasulullah saw. bangun, lalu beliau bersabda:
“Wahai sekalian manusia, ingatlah Allah…! Ingatlah Allah…! Tiupan pertama datang dan diiringi oleh tiupan kedua. Kematian datang dengan yang ada padanya. Kematian datang dengan membawa segala kelanjutannya. Kematian datang dengan membawa segala kelanjutannya”
Kemudian sayyidina Ubay bin Ka’ab berkata: “Wahai Rasulullah, aku sering bersalawat untuk baginda. Lalu seberapa banyak aku bersalawat untuk baginda?”
Baginda Rasulullah saw. menjawab: “Terserah”.
Kemudian ia bertanya: “Seperempat?”
Baginda Rasulullah saw. menjawab: “Terserah. Jika kau tambahi itu lebih baik bagimu”.
Kemudian ia kembali bertanya: “Setengah?”
Baginda Rasulullah saw. menjawab: “Terserah. Jika kau tambahi itu lebih baik bagimu”.
Kemudian, ia bertanya: “Dua pertiga?”
Baginda Rasulullah saw. menjawab: “Terserah. Jika kau tambahi itu lebih baik bagimu”.
Kemudian, sayyidina Ubay bin Ka’ab berkata: “Aku akan menjadikan seluruh doaku untuk engkau (baginda saw.).”
Kemudian baginda Rasulullah saw. bersabda: “Apabila demikian, kau dicukupkan dari dukamu, dan dosamu diampuni”.[Imam Tirmidzi berkata: Hadis Hasan]
Dan imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan sebuah hadis dalam musnadnya, dari sayyidinaAbu Hurairah ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Bersalawatlah kalian untukku…! Sesungguhnya salawat tsb. adalah zakat bagimu. Dan berdoalah kepada Allah swt. untuk (memberikan)ku WASILAH, ia (wasilah) adalah derajat (kedudukan) di tingkatan surga yang tertinggi. Tidak ada yang akan mendapatkan kedudukan tsb. kecuali seseorang. Dan aku berharap akulah orang itu”.
Yang perlu kita ketahui, beliaulah yang dianugerahi oleh Allah swt. syafaat di akhirat kelak. Ketika mulai dari nabi Adam as, nabi Ibrahim as, nabi Musa as, nabi Isa as, kesemuanya menjawab: “Saya bukanlah pemilik syafaat.”
Dan ketika seluruh umat manusia meminta kepada nabi Muhammad saw, beliau menjawab: “Akulah yang dianugerahi syafaat”
Dan setelah beliau dianugerahi syafaat tersebut oleh Allah Swt, beliau berkata:
يا ربِّ… أمّتي… أمّتي…
Artinya: “Wahai Tuhanku, umatku…umatku…”
Demikianlah kecintaan beliau kepada umatnya. Apakah kita sudah mencintai beliau? Sebesar apakah cinta kita kepada beliau?
Dalam sahih Imam Bukhari, dikisahkan bahwa Rasulullah saw. memegang tangan Umar ra, Kemudian Umar ra berkata: “Wahai Rasulullah, sungguh engkau adalah orang yang paling ku cintai dari segalanya, kecuali diriku sendiri.”
Kemudian Rasulullah saw menjawab: “Tidak. Demi Dia Yang jiwaku berada dalam kekuasaannya. Akan tetapi, hingga aku menjadi yang paling kamu cintai dari dirimu sendiri.”
Kemudian, Umar ra. menjawab: “Demi Allah, sekarang engkau menjadi orang yang paling aku cintai bahkan dari diriku sendiri.” Kemudian Rasulullah saw. menjawab: “Sekarang wahai Umar.”
Sudahkah kualitas cinta kita seperti kualitas cinta Umar ra?
Laporan: Azka Fuadi
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid