Jakarta, Aktual.com – Laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan pagi ini bergerak menguat imbas sentimen positif dari pernyataan The Fed yang menunda kenaikan suku bunga, pun jelang rilis BI rate hari ini.
Berdasarkan data Bloomberg Dollar Index, Kamis (18/6), mata uang Garuda diawal perdagangan dibuka menguat tipis 0,16% ke level Rp13.327 per dolar AS. Setelah menyentuh level 0,03% ke level Rp13.344 per dolar AS, rupiah bergerak menguat lagi 0,09% ke Rp13.336 per dolar AS.
Samuel Sekuritas Indonesia dalam risetnya mengemukakan kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini akan ditopang pelemahan dolar AS.
“Hari ini pelemahan dolar diperkirakan berlanjut, sehingga berpeluang juga membantu penguatan rupiah dan aset berdenominasi rupiah lainnya,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta , dalam risetnya yang diterima hari ini, Kamis (18/6).
Seperti diperkirakan, ujarnya, bank sentral AS the Fed memutuskan tidak menaikkan suku bunganya, walaupun kenaikan di tahun ini masih sangat mungkin. Keputusan tersebut, tambahnya, juga dibarengi dengan pemangkasan proyeksi PDB AS. “Mendorong pelemahan indeks dolar,” kata Rangga.
“Dolar diperkirakan tetap lemah di perdagangan Asia hari ini. Ditunggu angka inflasi serta jobless claims AS malam nanti. Pengumuman BI rate ditunggu sore nanti,” kata Rangga.
Sementara itu, NH Korindo Securities Indonesia mengemukakan, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan di Q2-15 akan berada pada level 2,5% dari PDB, lebih baik dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai 3,92% dari PDB.
“Hingga akhir tahun ini, defisit transaksi berjalan akan dipertahankan berada pada level sekitar 2,5% dari PDB, lebih baik dibanding prediksi BI sebelumnya 2,8%. Defisit pada akhir 2014 tercatat 2,86% dari PDB,” kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada dalam risetnya yang diterima hari ini, Kamis (18/6).
“Dalam pandangan kami, meski CAD membaik tidak serta merta otomatis membuat laju rupiah berbalik menguat karena masih diimbangi dengan laju dolar AS yang sedang dalam tren penguatannya. Di sisi lain, data ekonomi dalam negeri belum sepenuhnya membaik sehingga belum memberikan amunisi positif pada laju rupiah. Apalagi masih beredarnya berita rencana kenaikan suku bunga The Fed sehingga ketidakpastian di kondisi global masih akan mewarnai,” paparnya.
Artikel ini ditulis oleh: