Jakarta, Aktual.com — Pimpinan Pondok Pesantren KHAS Kempek, Cirebon, KH Musthofa Aqil Siradj, kini menjadi nahkoda baru setelah terpilih sebagai Ketua Umum Asosiasi Bina Haji dan Umrah Nahdlatul Ulama (Asbihu-NU) pada Muktamar I organisasi itu di Cirebon, Jawa Barat, Minggu (6/12) dinihari.
KH Musthofa yang juga adik kandung dari Said Aqil Siradj, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2010-2015, terpilih secara aklamasi tepat pukul 00.00 WIB.
Muktamar itu sendiri diikuti 258 peserta, dengan rincian peserta Asbihu-NU (51), Kelompok Bimbingan Ibadah Haji atau KBIH (142), Penguru Cabang Nahdlatul Ulama atau PCNU (27), tamu undangan dan peninjau (38).
Muktamar berlangsung dua hari (5-6/12) dengan tema Membangun Kualitas Kelembagaan dan Manajemen Pelayanan Haji dan Umrah yang Profesional sesuai Ajaran Ahlulsunnah Waljamaah. Sejumlah agenda dibahas, salah satunya pemilihan pengurus baru.
Wakil Ketua Umum Asbihu NU, Hafidz Taftazani mengatakan, sebuah organisasi dianggap baik apabila pengurusnya mampu menyelesaikan masa tugasnya dengan baik.
“Selanjutnya diteruskan dengan pengurus yang baik. Dengan cara itu, hadir sebuah organisasi dengan kaderisasi yang baik,” kata Kiai Hafidz Taftazani usai pembukaan muktamar.
Di Ponpes yang berlokasi di pinggir kota Udang itu, KH Musthofa Aqil Siradj memang jauh sebelum terpilih sudah digadang-gadang menjadi ketua asosiasi Haji tersebut. Hal itu terlihat ketika KH Hafidz Taftanzani (Plt Ketua Asbihu-NU), dari atas podium, menyatakan bahwa KH Musthofa pantas untuk memimpin Asbihu-NU lima tahun ke depan.
Oleh karena itu, wajar jika KH Musthofa Aqil Siradj menjawab pertanyaan wartawan pada Sabtu siang lalu, sebelum acara pemilihan digelar, bahwa dirinya siap memimpin Asbihu-NU namun semuanya masih sangat tergantung kepada kehendak peserta.
“Itu baru sebatas ajakan KH Hafidz Taftanzani yang masih harus dijawab peserta muktamar,” kata Musthafa di sela-sela kesibukannya melayani para tamu dari berbagai daerah.
Ketika didesak soal pemilihan ketua umum, KH Musthofa berujar, sebaiknya diserahkan saja kepada forum. Tergantung sepenuhnya pada seluruh peserta Muktamar I yang berlangsung selama dua hari di kota udang tersebut.
Alasan KH Musthofa mampu memimpin Asbihu-NU, menurut KH Hafidz Taftanzani, selain memiliki kesamaan pandangan dengan organisasi NU, dia juga mampu membawa organisasi itu lebih maju lagi ke depan. Bahkan dapat menjadikan Asbih-NU sebagai organisasi besar bersama PB.NU.
“Apakah ini dapat disetujui?,” tanya KH Hafirdz Taftanzani dari atas podium kepada seluruh peserta. Lantas dijawab para undangan dengan menyatakan dukungannya. “Setuju……. Setuju,”. Suara para peserta dengan suara keras memenuhi ruang upacara pembukaan Muktamar tersebut.
Dani Ramdhani, salah seorang ketua panitia penyelenggara Muktamar, menyatakan, jika melihat pernyataan dukungan dari seluruh peserta kepada KH Musthofa Aqil Siradj sebelum acara pemilihan ketua umum digelar, bisa jadi hal itu merupakan salah satu wujud bahwa pemilihan ketua umum bakal menggunakan metode ahlul halli wal aqdi (AHWA) atau musyawarah mufakat.
Meski hal itu belum final keputusannya, baru dilontarkan saat upacara pembukaan, pihaknya harus menunggu pemilihan pada Sabtu malam. Sampai malam hari para peserta Muktamar masih disibukkan membahas tata tertib pemilihan. Jadi, metode mana yang dipilih: voting atau AHWA.
“Kita tunggu perkembangan lebih lanjut,” Dani Ramdhani menjelaskan.
Petuah Kiai Muktamar I Asbihu-NU dibuka oleh Wakil Rais Aam Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Miftahul Akhyar. Dalam kata sambutannya, ia banyak melontarkan petuah yang diharapkan dapat dipedomani pengurus untuk membesarkan organisasi itu.
“Asbihu-NU harus menjadi filter terhadap ajaran radikal, termasuk ajaran Islam yang tidak sejalan dengan Ahlussunah wal Jamaah,” kata ulama asal Surabaya itu.
KH Miftahul Akhyar mengungkapkan, sudah sejak lama ada kekuatan yang didanai cukup besar memengaruhi dan menipiskan paham Ahlusunnah wal jamaah. Dampaknya, ada upaya mengubah cara ibadah warga NU.
“Asbihu ingin membentengi NU dan Aswaja dari paham-paham lain,” kata ulama kharismatik ini.
Kiai Akhyar khawatir jika paham yang menyeleweng ini dibiarkan anak akan memusuhi orang tua dan santri akan memusuhi pimpinan Pesantren.
“Sudah banyak contohnya,” kata dia.
Petuah serupa juga disampaikan KH Hafidz Taftazani. Katanya, haji dan umrah merupakan ibadah yang bersentuhan dengan berbagai budaya, ras, dan paham tertentu.
Sentuhan tersebut perlu dibentengi oleh langkah-langkah yang disiapkan Asbihu NU.
“Jangan sampai berangkat ke Tanah Suci Sunny, pulang-pulang tidak Sunny lagi,” kata KH Hafidz mengingatkan.
Ia mengumpamakan pada 15 tahun lalu, warga NU kehilangan sendal. Beberapa tahun lagi atau mungkin tak lama lagi warga NU akan kehilangan masjid.
“Memang bangunan ada tapi tata cara ibadahnya tidak sama lagi,” kata ia menambahkan.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyatakan mendukung Asosiasi Bina Haji dan Umrah Nahdlatul Ulama (Asbihu NU). Dukungan tersebut disampaikan Ketua Umum PBNU, Prof. KH Said Aqil Sirajseusai penutupan Muktamar Asbihu I di Cirebon, Jawa Barat.
“PBNU mendukung penuh terhadap keberadaan Asbihu NU,” kata Ulama Kharismatik kelahiran Cirebon, Ahad dinihari.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Aqil menitipkan tiga pesan penting. Pertama, Khidmat (pelayanan).
“Asbihu harus mampu memberikan pelayanan terbaik baik jamaah Haji dan Umrah yang bergabung dengan Asbihu NU,” kata Kiai Said Aqil.
Dia mengingatkan jangan sampai jamaah haji dan umrah tidak terlayani dengan baik. Kiai Said Aqil mencontohkan banyaknya jamaah haji dan umrah terlantar di bandara.
Kedua, Dakwah. Menurutnya, begitu banyak paham yang berupaya mengubah dan melemahkan paham Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
“Sering kita saksikan begitu jamaah tiba di Bandara, langsung mendapatkan berbagai buku diluar Ahlul Sunna Wal Jamaah,” ungkap dia.
Ketiga, Asbihu harus memperhatikan Ghanimah (keuntungan). Kalau nantinya Asbihu besar dan menghasilkan keuntungan harus memberikan manfaat kepada warga Nahdliyyin bukan kepada kepentingan pribadi.
“Jika Asibihu membesar dan menghasilkan keuntungan signifikan harus dipergunakan untuk kepentinga NU,” kata dia.
Ia pun menyambut gembira bahwa Asbihu-NU menargetkan setiap bulan dapat mengirim jemaah umroh sebanyak 10 ribu orang. Selain itu, Asbihu-NU juga harus meningkatkan peran dakwahnya. Asbihu-NU harus menjadi benteng dari paham yang bertentangan dan menyesatkan selama jemaah berada di Tanah Suci.
Ketahanan Akidah
Penguatan Akidah Asbihu-NU, kata Mustofa seusai terpilih menjadi ketua umum, memiliki posisi strategis dalam penyelenggaraan ibadah haji. Khususnya meningkatkan ketahanan akidah jemaah Haji dan Umrah.
Menurut dia, asosiasi ini juga punya peran meningkatkan kemampuan warga Nahdlatul Ulama dalam berdakwah. Di sisi lain, jemaah haji dan umroh sangat polos sehingga tidak mustahil mudah dipengaruhi oleh paham yang tidak sesuai dengan Ahlussunnah wal Jamaah.
Untuk itu Asbihu-NU, kata Musthofa, perlu membentengi diri dari ajaran atau paham yang tidak sesuai itu.
“Itulah sebabnya mengapa PBNU perlu memiliki wadah Asbihu-NU yang berperan untuk membentengi diri dari ajaran atau paham tak sesuai itu,” katanya.
Pada bagian lain Musthofa mengingatkan para anggota Asbihu-NU untuk tidak melihat asosiasi itu dari sisi duniawi semata, tetapi harus dipandang dari sudut fungsi dan nilainya.
Ia mengumpamakan selembar uang Rp100 ribu yang baru yang jika diperlihatkan atau dipertontonkan kepada khalayak ramai, pasti banyak orang berminat untuk memilikinya. Sebab, uang tersebut masih baru dan indah dipandang.
Namun jika lembaran uang baru tersebut diremes dan dikucek, akan tampak kusam. Meski begitu, orang banyak masih berkeinginan memilikinya karena tak memandang dari lusuhnya tetapi lebih kepada nilai uang bersangkutan.
Juga ketika uang itu diinjak kemudian menjadi kotor, banyak orang tetap berminat untuk mendapatkannya. Untuk itu, jika warga NU memanfaatkan wadah Asbihu-NU dengan niat ikhlas akan memberikan nilai tambah kepada organisasi dan bermanfaat bagi umat.
Artikel ini ditulis oleh: