Jakarta, Aktual.com —Mengaku sebagai salah satu pejuang 1945, Ilyas Karim (89 tahun) justru menerima kenyataan pahit di penghujung hidupnya.
Kakek yang mengaku sebagai pengibar sang saka merah putih di peristiwa penting Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 RI itu kini hidup di pinggir rel kereta listrik, tepatnya di Rawajati Barat, sebelah apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan.
Mantan prajurit Siliwangi itu mengaku tengah was-was. Sebab kediamannya di RT 09 RW 04 dikabarkan akan segera digusur Satpol PP Jakarta Selatan. Menetap sejak tahun 1982, Ilyas tidak tahu harus pindah kemana jika kediamannya yang berukuran 7 X 10 Meter itu diratakan dengan tanah.
“Kalau digusur saya tidak tau mau pindah kemana, bernaung kemana, saya sudah di sini sebelum nenek moyang Ahok (Gubernur Basuki Tjahaja Purnama) di sini. Saya ini pejuang dan pendiri bangsa Indonesia, saya dekat Soekarno saat dibacakannya teks proklamasi,” kata Ilyas kepada Aktual.co, Rabu (11/6).
Diceritakan Ilyas, dahulu dirinya berjuang dengan Angkatan Muda Islam (AMI).
Kemudian ketika situasi Jakarta genting, para pemuda memaksa Soekarno memproklamirkan kemerdekaan RI. Saat peristiwa pembacaan naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56 itu, Ilyas mengaku dipanggil untuk melakukan protokol.
Kemudian, tutur dia, salah satu pejuang 1945 yakni Latief Hardiningrat, menggenggam tangannya dan memintanya untuk mengibarkan sang saka merah putih yang dijahit Fatmawati.
Cerita Ilyas berlanjut. Setelah proklamasi, dirinya bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR) hingga dibentuklah Divisi Siliwangi pada tanggal 20 Mei 1946.
“Saya lalu masuk prajurit Siliwangi. Sampai saat ini saya masih menerima uang pensiun,” ujar dia.
Dengan pengalaman seperti itu, Ilyas mengaku hatinya menjerit ketika di masa kemerdekaan ini rumahnya harus tergusur oleh pemerintah, dalam hal ini Pemprov DKI. “Menjerit hati saya, ketika menerima kenyataan kami harus digusur seperti anjing kurap yang tak berdaya,” ucap dia.
Artikel ini ditulis oleh: