Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman sebagai santri dan kader Muhammadiyah juga merupakan contoh sempurna bagaimana kaum santri berkontribusi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Tidak hanya sampai di situ, karakter santri yang moderat dan inklusif termanifestasi dalam sikap kenegarawan para tokoh Islam pendiri bangsa, terutama ketika mereka secara ikhlas mau menghapuskan tujuh kata–“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”–dalam Piagam Jakarta.

Pengorbanan besar dalam mengukuhkan semangat kebinekaan guna mendukung terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada era kemerdekaan pun banyak lahir tokoh-tokoh santri yang bersahaja dan egaliter. Perjuangan politik mereka jalankan dengan penuh amanah demi menciptakan negara yang adil dan sejahtera.

Transformasi Santri Santri saat tidak hanya dipahami sebagai orang yang secara formal belajar agama di pondok pesantren. Santri telah mengalami perluasan makna sebagai sifat yang melekat pada siapa pun yang mengamalkan tradisi santri.

Kini santri telah tertransformasi menjadi kekuatan kelas menengah Muslim yang diperhitungkan.

Tantangan globalisasi yang makin kompleks saat ini menjadikan nilai-nilai santri menjadi relevan untuk dikembangkan.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby