Jakarta, Aktual.co — Banyak indikasi menunjukkan, sastra mampu turut menginisiasi terjadinya perubahan sosial, dan dalam hal ini berperan dalam pemberantasan korupsi. Semakin dekat sastra dengan dunia nyata yang dikritisinya, semakin nyata pula dampak sosial-politis sastra. Demikian dinyatakan dosen sastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI Dr. Manneke Budiman, dalam acara bedah buku antologi puisi-esai berjudul “Mereka yang Takluk di Hadapan Korupsi” karya Satrio Arismunandar di Depok, Kamis (26/3). Dua pembicara lain adalah penyair Agus R. Sarjono dan mantan penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi, Abdullah Hehamahua. Manneke memberi contoh pengaruh sastra, dengan menyebut novel “Uncle Tom’s Cabin,” yang mempengaruhi kebijakan penghapusan perbudakan di Amerika. Juga novel-novel Charles Dickens tentang efek samping Revolusi Industri. Namun, kata Wakil Dekan FIB UI ini, juga ada pandangan berbeda dari pemikir modernis, bahwa sastrawan harus menjaga jarak, agar tidak hanyut menjadi bagian dari massa. Karya sastra diharapkan tidak direduksi menjadi pamflet, manifesto, atau propaganda. Sebaliknya, pandangan kaum modernis juga dikritik oleh kaum posmo. Menurut kaum posmo, dengan menciptakan jarak dengan pembaca, maka sastra terancam menjadi pemain yang marginal. Sedangkan pesan-pesan penting dan kritisnya jadi tidak mudah ditangkap oleh pembacanya.
Artikel ini ditulis oleh:

















