Dhaka, Aktual.com – Unjuk rasa terhadap pembangunan pembangkit listrik di Bangladesh yang didanai China senilai 2,4 miliar dolar AS berubah menjadi kekerasan yang menewaskan satu orang dan melukai puluhan lainnya.
Peristiwa itu berisiko atas tertundanya proyek yang dianggap sebagai simbol hubungan erat antara kedua negara tersebut. Pembangkit listrik tenaga batu bara yang dibangun di lokasi yang berjarak sekitar 265 kilometer (165 mil) sebelah tenggara Dhaka, ibu kota Bangladesh, itu merupakan investasi asing terbesar di negara itu dan diperkirakan mulai beroperasi pada akhir 2019.
Pihak kepolisian mengungkapkan bahwa pasukan keamanan berjaga-jaga di lokasi pada Kamis untuk menghindari gangguan terhadap pekerjaan konstruksi yang beberapa penduduk desa khawatir akan adanya pengusiran paksa, menggangu areal pemakaman sebagai tempat anggota keluarga dan kerabat dikuburkan serta merusak lingkungan sekitar.
“Di sana situasinya genting dan polisi sedang melakukan patroli di beberapa area untuk menghindari kerusuhan lebih lanjut,” kata Alamgir Hussain, seorang petugas di kantor polisi Banskhali yang dekat dengan lokasi pembangkit listrik itu.
Para pengunjuk rasa, Rabu lalu, meneriakkan slogan-slogan saat para pendukung proyek tersebut menyerang mereka, demikian kata Nurul Mustofa, pemimpin kelompok yang menginginkan proyek pembangkitan itu dihentikan.
Sekitar puluhan orang terluka dalam kerusuhan tersebut. Unjuk rasa sejenis pada tahun lalu mengakibatkan tewasnya empat pengunjuk rasa dan menghentikan pekerjaan konstruksi di lokasi proyek pembangkit listrik.
Beberapa unjuk rasa tersebut berisiko menunda proyek itu dan menghambat upaya penggalangan dana, demikian kata seorang pejabat senior pada konglomerat S Alam Group yang telah melakukan kesepakatan dengan SEPCOIII Electric Power Construction Corp, China, untuk membangun pembangkit listrik berkapasitas 1.320 megawatt di Bangladesh itu.
“Kami berharap agar persoalan ini segera diatasi. Jika tidak, kami bisa saja tidak mampu menyelesaikan proyek ini sesuai jadwal yang telah ditentukan,” kata pejabat yang menolak menyebutkan identitasnya itu karena dia tidak memiliki kewenangan untuk berbicara kepada media.
Sejumlah bank di China diperkirakan menyediakan 70 persen dana yang diinvestasikan pada proyek tersebut, demikian pria itu menambahkan.
Pembangkit listrik tersebut memanfaatkan teknologi yang lebih canggih untuk menghindari dampak lingkungan yang ditimbulkannya, demikian kata Masud Alam, ketua konglomerat Bangladesh yang memberikan bantuan perawatan kesehatan kepada korban luka dalam aksi itu.
Pada akhir tahun lalu, China menandatangani 27 kesepakatan senilai miliaran dolar AS dengan beberapa negara di Asia Selatan sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing dengan India dalam membangun pengaruh di kawasan.
Hal itu juga sebagai upaya untuk meningkatkan investasi di Sri Lanka, negara tetangga India lainnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid