Malang, Aktual.co — Maraknya kasus penjualan dan pemeliharaan Primata di masyarakat membuat Profauna Indonesia resah. Bertepatan dengan hari Primata Dunia yang jatuh, besok tanggal 30 Januari, Profauna menggelar aksi demo simpatik di depan Balai Kota Malang.

Dalam aksi kali ini, Profauna menontonkan beberapa atraksi penjualan Primata yang dilakukan oleh anak muda.

“Primata kini sedang terancam, tren saat ini banyak anak muda yang memelihara Primata untuk prestis, ini sangat mengancam,” kata Swasti Prawidya Mukti, juru bicara Profauna Indonesia, kepada Aktual.co, Kamis (29/1) di Malang, Jawa Timur

Tren pemeliharaan Primata ini, lanjut dia, menumbuhkan ruang untuk jual beli Primata. Akibatnya, para pemburu hewan yang hampir punah ini gencar dilakukan beberapa oknum untuk mengeruk rupiah.

“Banyak komunitas pemelihara Primata adalah market dari mereka yang memburu dan menjual Primata,” tegasnya.

Data Profauna pada tahun 2014 setidaknya ada 35 yang melibatkan 400 ekor Primata. Hal ini sangat disayangkan, karena jual beli Primata dilakukan secara terang-terangan baik secara langsung maupun online

“Kami berharap kepada pemerintah agar segera menghentikan dan turut serta dalam menjaga Primata agar terhindar dari kepunahan,” imbuhnya.

Melansir fakta dari Data Lembaga Konservasi Internasional (IUCN) setidaknya lebih dari 440 jenis Primata di dunia, ternyata jenis Primata di Indonesia lebih rentan terancam punah. Kerusakan habitat (hutan) dan perdagangan ilegal menyebabkan, Primata di Indonesia saat ini kondisinya memprihatinkan.

“IUCN secara berkala juga menerbitkan 25 jenis Primata yang terancam punah di dunia termasuk di Indonesia,” papar Swasti.

Untuk diketahui, di Indonesia tiga jenis Primata sudah masuk dalam daftar punah, diantaranya yakni Kerdil (Tarsius Pumilus), Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus), dan Simakobu (Simias Concolor).

“Yang memprihatinkan lagi jenias primata tersebut malah sering diburu untuk dijadikan hewan pemeliharaan,” tuturnya.

Artikel ini ditulis oleh: