Jakarta, Aktual.com — Organisasi independen global dunia ‘Save The Children’ melakukan kegiatan Kampanye 7 Menit ‘Race for Survival’ (atau Berlari untuk Hidup) yang ditujukan kepada seluruh anak-anak Indonesia.

Menurut Tatak Ujiyati, Direktur Kampanye dan Advokasi Save the Children Indonesia, di Jakarta, Sabtu (15/8), kampanye ini merupakan simbol perjuangan setiap anak, khususnya dari kalangan marjinal untuk hidup layak dan aman serta mendapat perlindungan dari negara.

“Race for Survival merupakan sarana strategis bagi anak-anak untuk menyampaikan harapan mereka kepada para pemimpin dan pemegang kebijakan,” katanya.

Selain itu, pihaknya berharap kegiatan ini menjadi titik tolak bangkitnya kesadaran setiap individu akan hak-hak anak di Indonesia.

Tatak menambahkan, bahwa hak-hak anak masih harus menjadi bagian dari kerangka kerja baru mendatang, karena masih banyaknya masalah menyangkut hak-hak mereka.

“Anak-anak kita, juga anak-anak lain di seluruh pelosok dunia harus mendapatkan apa yang sudah menjadi haknya. Misalnya hak untuk hidup, hak untuk mendapat pendidikan, hak untuk bermain, hak untuk diberikan ruang berkreasi dan sebagainya,” katanya.

Menurut dia, jangan sampai anak-anak ini menjadi bagian dari komoditas yang diperjualbelikan sehingga hak mereka terampas secara sempurna.

Pihaknya turut terlibat dalam AKSI/2015 untuk mengampanyekan isu-isu terkait program pembangunan berkelanjutan dari Millenium Development Goals (MGDs) yang akan berakhir tahun ini.

Arah pembangunan berikutnya, yang saat ini masih dinamakan sebagai Sustainable Development Goals (SDGs), akan tetap difokuskan pada permasalahan anak di seluruh dunia yang meliputi kelaparan, pendidikan, gizi buruk, korban perang, eksploitasi, kemiskinan ekstrim dan sebagainya yang merupakan bagian dari program-program kerja lembaga yang sudah berada di 120 negara tersebut.

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang akan dilaksanakan pada September 2015 akan membahas tentang target-target baru pembangunan kemanusiaan untuk mengatasi kemiskinan dan ketidaksetaraan hingga 15 tahun ke depan (2030).

Sebelumnya PBB telah mengawali pertemuan pada Juli 2015 untuk membahas Pembiayaan Pembangunan (Financing for Development) di Addis Ababa, Ethiopia.

“Isu-isu yang kami gulirkan adalah semua permasalahan yang menyangkut hak-hak anak di Indonesia. Kami bersama lembaga-lembaga non profit yang tergabung dalam Koalisi AKSI/2015 melakukan pengumpulan 2015 Suara Rakyat untuk Pembangunan di lebih dari 15 kota di Indonesia,” katanya.

Pihaknya meluncurkan AKSI/2015 pada Januari 2015 sebagai media aspirasi seluruh warga negara Indonesia dalam mempengaruhi hasil diskusi pemimpin dunia khususnya pemerintah Indonesia untuk menentukan arah pembangunan berikutnya.

Partisipasi Save The Children dalam AKSI/2015 ini didasari oleh tiga hal pokok, yaitu bahwa dunia sudah keluar dari jalurnya dalam menanggulangi kemiskinan dan ketidaksetaraan.

Kedua, lembaga ini telah membuktikan kompetensinya dalam mengurangi kematian anak hingga separuhnya.

Dan yang ketiga, adalah dibutuhkan tekanan dari seluruh elemen masyarakat, baik organisasi maupun individu untuk menekan para pemimpin dunia agar bisa menepati komitmen-komitmen yang sudah disepakati bersama untuk kehidupan yang lebih baik.

Artikel ini ditulis oleh: