Dengan disiplin tinggi, Ahmad kecil menjalani rutinitasnya di Kairo. Ia membatasi perjalanan hidupnya pada tiga tempat utama, yaitu rumah saudara tempat tinggalnya, masjid, dan madrasah al-Azhar. Selama dua tahun berturut-turut, Ahmad sepenuhnya fokus pada proses belajar, tidak menyia-nyiakan waktu yang ada.

Selama periode tersebut, ia mulai menaruh perhatian khusus pada ilmu hadis. Ahmad muda benar-benar terdalam dalam dunianya sendiri saat membaca kitab-kitab hadis. Dikatakan bahwa ketika ia tengah menyelesaikan sebuah buku, ia hanya keluar dari rumah untuk menunaikan shalat lima waktu dan shalat Jumat di masjid.

Ketika belajar di Mesir, ia tidak pernah mengikuti kelas hadis di al-Azhar. Meskipun demikian, guru-gurunya secara khusus merujuk padanya dalam hal-hal yang berkaitan dengan hadis karena Sayyid Ahmad telah melakukan penelitian mendalam di bidang hadis sebelum kedatangannya ke Mesir.

Ketika berada di al-Azhar, dia meneruskan usaha untuk mengidentifikasi (takhrij) riwayat-riwayat hadis dalam kitab Musnad al-Shihaab. Awalnya, upaya takhrij ini telah dimulai oleh Muhammad Ja’far al-Kattani, tetapi tidak diselesaikan. Kemudian, dia melanjutkan pekerjaan ini dan menghasilkan dua buku yang berbeda yang memuat takhrij hadis-hadis dari kitab Musnad al-Shihaab. Buku pertama diberi judul “Bughyatu al-Thullab bi Takhrij Ahaadith al-Shihab,” sementara buku kedua diberi judul “al-Ishaab fi Takhrij Ahaadith al-Shihab.”

Tidak hanya ilmu hadis, tetapi juga fikih menjadi fokus utama studi Ahmad ketika ia menetap di Mesir. Dengan tekun, ia mendalami mazhab Maliki dan Syafii. Selama periode tersebut, Ahmad mengalami perpindahan dari bermazhab Maliki menjadi pengikut mazhab Syafii. Mazhab fikih yang pertama lebih umum diikuti oleh masyarakat Maroko.

Pada periode selanjutnya, Syekh Ahmad menyatakan bahwa ia tidak lagi memihak pada suatu mazhab tertentu. Dengan sikap tersebut, ia merasa lebih leluasa dalam mengkritik berbagai pendapat yang ada dalam suatu mazhab. Kritikannya tidak hanya terbatas pada mazhab Maliki atau Syafii saja.

Dengan keyakinannya, Syekh Ahmad tidak segan untuk mengkritik sejumlah pendapat yang ada dalam Mazhab Asy’ariyyah. Menurut Muhammad Abu Khubzah, seorang ulama Maroko, al-Ghumari juga sering kali mempertimbangkan pendapat dari Mazhab Zaydiyyah dalam beberapa hal.

Dalam perjalanannya yang semakin mendalam dalam berbagai ilmu, terutama setelah menetap di Mesir, Syekh Ahmad memfokuskan kajiannya pada tata bahasa Arab, tauhid, ushul fikih, fikih, dan hadis. Dalam bidang nahwu, dia mengkaji beberapa kitab seperti Matan al-Jurumiyah, Syarah al-Kafrowi, Alfiyah, dan Syarah al-Asymuni. Dalam ushul fikih, kajian melibatkan penelitian terhadap Minhaj al-Ushul ilaa ‘Ilm al-Ushul dan Nihayah al-Shul.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain