Medan, Aktual.com — Keberadaan warga dan sumber daya manusia pelaku usaha kepariwisataan di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, perlu terus dibina untuk kemajuan pembangunan bidang pariwisata.

“Sayang potensi objek wisatanya tidak dibarengi dengan SDM yang baik,” kata seorang pramuwisata setempat Rikardo Rumapea di Tuk-tuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Minggu (13/2).

Menurut dia, pelaku wisata di daerah itu belum merubah pola pikir untuk pengembangan kemampuan diri dalam melayani dan memberi informasi, yang dibutuhkan para pengunjung sehingga tidak memberikan dampak yang baik.

Kondisi tersebut semakin diperburuk dengan sikap warga yang masih sebatas “menguras” finansial pengunjung, tetapi pelayanan kurang memadai.

Anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kabupaten Samosir tersebut juga menyayangkan lemahnya renovasi dan inovasi pada objek wisata yang terdapat di daerah itu.

Pemandu wisata bersertifikat itu mengatakan, fasilitas objek wisata perlu dibenahi dan diperbaharui supaya memiliki daya tarik baru bagi pengunjung.

“Jika keadaannya dari waktu ke waktu begitu-begitu saja, pengunjung akan bosan dan tidak lagi berkunjung,” kata Rikardo.

Ia mengajak pelaku usaha dan warga dalam menyambut MEA dan program pengembangan kawasan Danau Toba untuk mengikuti seminar dan pelatihan-pelatihan guna menambah wawasan pengetahuan dan kemampuan.

Pemerintah daerah juga diminta untuk membuat program pengembangn wisata dengan melibatkan pelaku usaha dan warga setempat.

Salah seorang pengunjung asal Kota Jakarta Ismed Zucheri mengakui keindahan alam Samosir dengan perairan Danau Toba.

Pengusaha travel itu menilai, kawasan Danau Toba lebih menarik dan seharusnya memiliki nilai jual seperti wisata Puncak Bogor, Kota Yogyakarta, dan Bunaken di Manado.

“Lemahnya SDM dan kesadaran warga kawasan Danau Toba yang membuat pengunjung enggan kembali datang,” kata Ismed.

Ia mencontohkan, ketika membeli barang suvenir atau makanan dan buah-buahan ciri khas daerah itu, sering tidak terjadi transaksi, karena harga terlalu tinggi, dan penjual mengeluarkan kata-kata yang kurang etis.

Selain itu, harga jualnya berbeda dengan penjual lain di satu lokasi dagangan yang berdekatan, sementara di daerah Jawa, berlaku harga jual yang sama meski jarak berjauhan.

Ismed mengusulkan supaya pemerintah menetapkan kesetaraan harga dan melakukan pengawasan dengan sanksi tegas terhadap pelanggar.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Nebby