Sejumlah jamaah tengah beritikaf dengan membaca Quran dan sholat di antara jamaah yang terlelap di Masjid Istiqalal, Minggu (18/6/2017) dini hari. Ribuan warga meramaikan masjid untuk beritikaf atau berdiam diri di masjid dengan memperbanyak aktivitas ibadah di sisa malam terakhir Ramadhan untuk mengharap Lailatul Qadar. AKTUAL/Munzir

Jakarta, aktual.com – Malam Nishfu’ Sya’ban merupakan sebuah malam yang sangat diberkahi oleh Allah Swt. Hal tersebut disampaikan oleh Syekh Abdul Qodir al-Jailani dalam kitab Ghunyah-nya.

ومنها سمي ليلة البراءة مباركة لما فيها من نزول الرحمة والبركة والخير والعفو والغفران لأهل الأرض

“Dan di antaranya, malam pembebasan disebut dengan ‘mubarakah’ (yang diberkati) karena di dalamnya terdapat turunnya rahmat, keberkahan, kebaikan, dan pengampunan bagi penduduk bumi.”

Dikisahkan oleh Syekh Syihabuddin al-Qolyubi dalam kitab An-Nawadir bahwa Suatu ketika Nabi Isa As sedang berada dalam sebuah perjalanan, ditengah perjalanan ia melihat sebuah gunung yang tinggi, ia pun ingin mendakinya. Setelah mencapai puncak, ia dikagetkan oleh sebuah batu besar berwarna putih, Lebih putih daripada susu. Ia berjalan di sekeliling batu tersebut. Ia terkagum-kagum dengan keelokan batu tersebut. Kemudian Allah Swt menurunkan wahyu untuk Nabi Isa:

“Wahai ‘Isa apakah kamu senang Aku pertunjukan sesuatu lebih mengagumkan dari pada pemandangan yang kamu lihat yang saat ini,”.

“Ya, wahai Tuhanku,” jawab Nabi Isa.

Kemudian batu tersebut terbelah oleh seorang tua yang sebagian kepalanya berambut putih. Ia berada di atasnya sambil memegang tongkat berwarna biru. Di depan kedua matanya terdapat hidangan buah anggur. Ia berdiri melaksanakan shalat.

Nabi Isa As takjub melihat pemandangan ini, “Wahai syekh, apa yang aku lihat ini?” tanya Nabi Isa.

“Ini adalah rezekiku setiap hari,” jawab orang tua tersebut.

“Selama berapa tahun engkau beribadah kepada Allah Swt di atas batu ini?” tanya Nabi Isa.

“Empat ratus tahun,” jawab kakek itu.

Nabi Isa berkata, “Wahai Tuhan dan Junjunganku, aku tidak mengatakan Engkau menciptakan seseorang yang lebih utama dari ia,”.

Kemudian Allah Swt menurunkan wahyu kepada Nabi Isa As:
“Sesungguhnya seseorang dari umat Muhammad Saw yang menemui bulan Sya’ban dan melaksanakan shalat pada malam pertengahan bulan Sya’ban. Bagi-Ku itu lebih utama daripada ibadah selama empat ratus tahun ini,”

“Seandainya saja aku menjadi umat Nabi Muhammad Saw,” kata Nabi Isa ﷺ setelah mendengar keutamaan malam pertengahan bulan Sya’ban bagi umat Nabi Muhammad Saw.

Waallahu a’lam.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Rizky Zulkarnain