Presiden Bolivia Luis Arce. ANTARA/Anadolu/pri.

Bogota, Aktual.com – Pemerintah Bolivia mengumumkan pada Kamis bahwa 17 orang, termasuk personel militer dan pensiunan serta warga sipil, telah ditangkap sehubungan dengan upaya kudeta terhadap Presiden Luis Arce.

“Sebanyak 17 orang telah ditangkap karena berusaha melakukan kudeta di wilayah nasional,” kata Menteri Dalam Negeri Bolivia Eduardo del Castillo dalam konferensi pers.

Jenderal Bolivia Juan Jose Zuniga Macias termasuk di antara mereka yang ditangkap dan dituduh merencanakan kudeta terhadap pemerintah setelah berusaha memaksa masuk ke Istana Kepresidenan di La Paz dengan tank pada Rabu (26/6).

Menteri Del Castillo membenarkan bahwa Zuniga dan mantan panglima angkatan laut Juan Arnez Salvador memimpin kelompok konspirator yang ingin menjatuhkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis.

Para pelaku kudeta tersebut akan menghadapi dakwaan yang dapat mengakibatkan hukuman penjara 15 hingga 30 tahun.

Menurut sang menteri, sehari sebelum pemberontakan militer, Presiden Arce memberi tahu panglima militer bahwa dia dibebastugaskan karena tindakannya tidak sejalan dengan konstitusi politik menyusul beberapa serangan yang dilakukan Zuniga terhadap mantan Presiden sayap kiri Evo Morales.

Zuniga membela diri, menuduh Arce mengatur kudeta untuk meningkatkan popularitasnya.

“Presiden mengatakan kepada saya bahwa dia membutuhkan sesuatu untuk meningkatkan popularitasnya,” klaim Zuniga pada hari Rabu.

Bolivia saat ini terlibat dalam krisis politik yang melibatkan partai berkuasa Movimiento al Socialismo dan mantan Presiden Morales. Krisis tersebut disebabkan oleh persaingan antara Morales dan Arce yang keduanya berencana mencalonkan diri pada pemilu 2025.

Morales memerintah dari tahun 2006 hingga 2019 ketika ia digulingkan oleh militer di tengah protes yang meluas dan digantikan oleh pemerintahan konservatif sementara. Arce kemudian memenangkan pemilu 2020 dengan bantuan mantan sekutunya Morales sebelum perselisihan mulai muncul di antara mereka.

Upaya kudeta tersebut dikutuk oleh sebagian besar negara di Amerika Latin, termasuk Ekuador, Uruguay, Paraguay, Brasil, Chili, Kolombia, dan Meksiko.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Sandi Setyawan