Sejumlah warga mencari korban meninggal di antara reruntuhan rumah yang porak poranda diterjang tsunami di Pantai Carita, Pandeglang, Banten, Minggu (23/12/2018). BPBD setempat mencatat sedikitnya 49 orang tewas dan ratusan rumah hancur diterjangan tsunami di sepanjang pesisir Banten mulai Pantai Anyer, Carita, Panimbang hingga Tanjung Lesung. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/hp.

Boyolali, Aktual.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah, menyebutkan, sebanyak 36 rumah warga di Desa Repaking Kecamatan Wonosamodro, mengalami rusak ringan hingga sedang karena diterjang bencana alam angin kencang.

“BPBD telah mendata ada 36 rumah warga yang mengalami rusak akibat diterjang hujan deras disertai angin puting beliung atau angin kencang di Desa Repaking Kecamatan Wonosamodro Boyolali, pada Kamis (4/11) malam,” kata Kepala BPBD Kabupaten Boyolali Widodo Munir, di Boyolali, Jumat (5/11).

“Tim BPBD sudah mengecek di lokasi bencana angin puting beliung di Desa Repaking Kecamatan Wonosamodro Boyolali, pada Kamis (4/11) malam. Kami langsung menindaklanjuti dengan mengirim bantuan logistik darurat dan alat masak ke lokasi bencana, pada Jumat pagi ini,” kata Munir menambahkan.

Namun, kejadian hujan deras yang disertai angin kencang atau puting beliung di Desa Repaking Wonosamodro tersebut dilaporkan tidak sampai ada korban jiwa.

Dia mengatakan bantuan logistik darurat dari BPBD tersebut untuk antisipasi membantu masyarakat jatah hidup yang menjadi korban bencana alam angin kencang. Logistik darurat itu, untuk kebutuhan makan seperti beras, minyak goreng, mie instan dan lainnya.

“Kami juga bekerjasama dengan Dinas Sosial untuk membantu warga korban bencana untuk kebutuhan satu hingga dua hari ke depan. Sehingga, hal itu, dapat mengurangi beban warga terdampak,” katanya.

Pihaknya sudah mengirim tim ke lokasi, apabila memang perlu ditindaklanjuti maka akan dikoordinasikan dengan Dinas Perumahan setempat yang memiliki kewenangan memperbaiki rumah warga yang terkena bencana.

“Rumah warga yang mengalami rusak berat hingga ringan disebabkan karena terjangan angin puting beliung, bukan karena banjir. Warga setempat sudah melakukan gotong royong memperbaiki korban yang rusak sebagian besar bagian atap yakni genteng rumah beterbangan,” katanya.

Kendati demikian, pihaknya mengimbau kepada masyarakat lebih waspada bencana angin kecang, banjir dan tanah longsor karena informasi dari Badan Meteorologi, Klimantologi dan Geofoisika (BMKG) pada akhir 2021 diprediksi memasuki musim curah hujan yang tinggi atau cuaca ekstrim.

“Kami mengimbau masyarakat agar lebih waspada dan mengantisipasi kemungkinan adanya bencana yang disebabkan oleh hidrometeorologi yakni bencana yang dampaknya dipicu oleh kondisi cuaca dan iklim dengan curah hujan tinggi, angin kencang, banjir, dan tanah longsor.

“Antisipasinya, antara lain menebang pohon di dekat rumah yang berpotensi tumbang bisa menimpa rumah agar rantingnya dipangkas untuk mengurangi adanya pohon tumbang. Cek fasilitas umum seperti jembatan jika ada penggerusan pondasi karena air banjir dan sebagainya,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Wisnu