Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri (kanan), didampingi Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto (kiri) dan pengurus DPP PDIP menyikapi kasus penetapan status tersangka terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, usai menggelar Rapat Koordinasi DPP PDI Perjuangan dalam rangka menyukseskan dan memenangkan pilkada serentak tahun 2017 di kantor DPP PDI Perjuangan, jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (17/11/2016). Dalam keterangannya, DPP PDI Perjuangan menghormati proses hukum yang dijalani Ahok dalam kasus penistaan agama. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Ketua Presidium Perhimpunan Masyarakat Madani (Prima) Sya’roni mempertanyakan pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoptri mengenai pembentukan Propinsi Banten dalam kampanye di Sunbrust, Tangerang, Sabtu (4/2) lalu.

Pernyataan Mega dimaksud mengenai pembentukan Propinsi Banten, dimana Mega menyebut bahwa pembentukan propinsi tersebut dilakukan saat dirinya menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.

“Apa yang disampaikan oleh Megawati merupakan kesalahan yang sangat telak. Ada jarak waktu yang dia lupakan,” kata Sya’roni kepada wartawan, Senin (6/2).

Disampaikan, Propinsi Banten terpisah dari Propinsi Jawa Barat dan disahkan pada 17 Oktober 2000 saat posisi Presiden dijabat (alm) Abdurrahman Wahid. Sementara Megawati sendiri menjabat Presiden RI pada tanggal 23 Juli 2001.

Bisa jadi, kata dia, Mega kelupaan mengenai sejarah terpisahnya Propinsi Banten dari Propinsi Jabar karena faktor usia. Namun melihat keyakinannya saat menyampaikan dalam kampanye pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Banten, Rano Karno-Embay Mulya Syarief, sejarah itu seakan ‘tercetak’ dalam alam bawah sadar Mega.

Syaroni lantas mencermati ke belakang saat Pilpres 2014. Menurutnya, Mega sebenarnya paling layak maju dalam hajat demokrasi lima tahunan tersebut. Apalagi partainya sebagai pemenang pemilu. Namun karena berbagai pertimbangan, Mega menyorongkan nama Gubernur DKI Joko Widodo sebagai capres.

“Waktu itu Mega terlalu takut mengambil resiko dan melewatkan kesempatan terbuang percuma. Nah, bisa jadi keputusan ini masih disesali Mega hingga sekarang. Makanya wajar jika romantisme sebagai Presiden sesekali terucap olehnya. Sayang untuk kasus Banten, Megawati membuat klaim yang salah,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh: