Jakarta, Aktual.com — Untuk menelusuri hubungan antara Muslim dan Korea dapat kita lihat pada abad ke-9 atau lebih tepatnya di awal abad ke-7, karena pada abad tersebut merupakan awal mula di mana terjadinya kontak pertama kali antara Korea dan Muslim. Ketika pedagang Arab dan Persia datang ke Kerajaan Silla (salah satu dari tiga bekas Kerajaan Korea) melalui Dinasti Tang, di Tiongkok (617-907).
Ketika abad tersebut, banyak pedagang dan wisatawan datang baik dari darat atau dari laut yang mana mereka tiba dari daerah-daerah seperti Persia dan wilayah Islam lainnya, yang terutama adalah berkaitan dengan perdagangan sekaligus menyebarkan agama Islam. Bahkan, beberapa dari mereka memutuskan untuk menetap di semenanjung Korea, untuk menjadi tentara dan pejabat pemerintah.
Walaupun tidak ada sumber pasti di Negeri Gingseng khususnya dari Dinasti Silla yang mengarah pada ajaran Islam dan umat Islam, akan tetapi ada beberapa referensi di korea yang menjadi bukti. Seperti, ditemukannya geografi dunia awal oleh para sarjana Muslim. Misalnya, Ibnu Khurdadbih yang membuat “Jalan dan Kerajaan Korea”, yang diterbitkan pada pertengahan abad ke-IX.
Setelah itu, patung-patung tanah liat dan patung batu Royal Guardians dengan karakteristik khas Persia ditemukan di Gyeongju (ibukota lama dari Silla).Tetapi karena tidak ada sumber yang pasti di Korea yang menyebutkan Muslim. Oleh karena itu diasumsikan bahwa mereka harus dicampur ke dalam masyarakat Korea. Berikut ada beberapa bukti bahwasanya pernah ada hubungan antara Korea dan Muslim demikian dilansir dari laman Mvslim.com, pada Senin (29/2).
Zaman Goryeo (918-1392)
Tiga Kerajaan Korea, Silla, Hubaekje dan Hugoguryeo bersatu. Dan Raja Taejo Wang mendirikan Dinasti Goryeo, di mana kehadiran Muslim ke Korea baru mencapai peningkatan pesat. Pada abad ke-11, para pedagang Arab berlayar ke pelabuhan Korea. Dan, beberapa kesempatan tersebut mereka terlibat dalam perdagangan bahan-bahan langka yang dibutuhkan untuk resep obat Tiongkok. Sebagai imbalannya, Raja Taejo Wang bersedia dengan memberikan emas dan kain.
Dinasti Mongol Yuan (1279-1368)
Ketika Dinasti Mongol Yuan mengambil alih Kerajaan Tiongkok dan seluruh wilayah Tiongkok, saat itu kawasan Eurasia dibuka. Akibatnya, umat Islam mulai melakukan perjalanan darat dan bukan mengandalkan perjalanan laut lagi seperti sebelumnya. Selama Dinasti ini, banyak sekali masyarakat non-Mongol yang dipekerjakan.
Beberapa dari mereka adalah orang Arab, Persia, Muslim Asia Tengah, Turki dan Uighur. Mereka bekerja untuk membantu dalam menjalankan pemerintahan Kekaisaran. Seperti bertugas di bagian tentara dan bagian administrasi. Pada saat itu, banyak pejabat Muslim dari Mongol dikirim ke Korea dengan tanggung jawab untuk memeriksa dan memperhatikan apakah instruksi yang diberikan kepada Dinasti Goryeo berjalan dengan baik. Yang menyebabkan banyak pedagang Muslim untuk membuka toko-toko di Korea.
Dinasti Joseon (1392-1910)
Pertumbuhan yang cepat, antara kerja sama Muslim dengan Korea terhenti pada tahun 1427 silam. Selama Dinasti Joseon yang diperintah oleh Sejong Agung. Warga Korea Muslim dilarang melakukan ritual Islam dan mengenakan pakaian tradisional. Kebijakan tersebut untuk mendukung norma-norma masyarakat Korea.
Bahkan, Dinasti hanya mempertahankan kontak teratur dengan Tiongkok dan Kerajaan Jepang, tetapi terisolasi dari seluruh dunia. Itulah sebabnya pada Dinasti ini dicap sebagai “pertapa kerajaan”. Dengan demikian, pada tahun 1427, hubungan dari Korea dengan Dunia Muslim pun terhenti.
Reintroduksi Muslim
Di awal tahun 1950 silam, timbul perang saudara Korea Utara dengan Selatan yang berlangsung kurang lebih selama tiga tahun. Oleh karena itu, PBB mengirim dukungan mereka melalui pasukan Turki untuk datang ke Korea Selatan. Dan, yang menjadi prioritas pertama mereka (tentara Turki) saat itu adalah tentara Turki memperkenalkan budaya Islam di Korea. Dan saat itulah terciptalah Komunitas Muslim Korea yang pertama.
Kala itu, Masyarakat Muslim diperkirakan mencapai 200 orang dan itu hanya dalam tahun pertama. Pada tahun 1960, keanggotaan bertambah dan menjadi 3.000 Muslim Korea. Pada tahun 1967, Korea Muslim Federation mendirikan dan membuka Masjid Pusat Korea di Itaewon, Seoul pada tahun 1976. Dan ternyata hal tersebut telah memicu minat masyarakat Korea dalam memeluk agama Islam.
Tak lama setelah setahun lebih pasca pembukaan Masjid tersebut, yang awalnya tercatat ada 15.000 Muslim Korea, ternyata setelah kembali dihitung jumlahnya melonjak menjadi 35.000 orang. Dan inilah yang mengakibatkan pembangunan lima Masjid secara bersamaan pada tahun 1990. Hingga saat ini, tercatat ada sekitar 150 ribu Muslim di Korea yang mana diperkirakan 50.000 adalah penduduk asli yang lahir di Korea, dan sekitar 100.000 pekerja imigran, mahasiswa dan pengusaha dari Pakistan, Bangladesh dan Indonesia.
Komunitas Muslim Modern Korea
Hampir di seluruh Korea, Anda dapat menemukan pilihan yang mengutamakan “halal” di banyak restoran dan toko. Adapun daerah yang paling populer untuk warga negara asing (WNA) khususnya Muslim yaitu di Itaewon, Seoul. Bahkan disana ada jalan Muslim, yang mana banyak sekali Muslim dan wisatawan berada di sana hingga terkadang menyebabkan antrian panjang.
Walaupun berada di Korea, akan tetapi para Muslim Korea tidak ketinggalan di bidang pendidikan. Hal itu terbukti karena ada SD Islam pertama di sana bernama, ‘Prince Sultan Bin Abdul Aziz Elementary School’ yang dibuka di Seoul pada tahun 2009. Sekolah tersebut menawarkan beasiswa siswa Islam terbaik.
Sekolah ini terbuka untuk umat Islam Korea, Muslim WNA dan anak-anak Korea non-Muslim sebagai dasar dan merupakan bagian dari sekolah dasar Korea adalah ‘kurikulum harmoni dalam keragaman’ (toleranasi beragama).
Artikel ini ditulis oleh: