Seniman menyelesaikan lukisan wajah pahlawan nasional di Jakarta, Selasa (10/11/2020). Asosiasi Pariwisata Nasional bersama 10 seniman memperingati Hari Pahlawan dengan melukis secara serentak wajah pahlawan nasional, diantaranya MH Thamrin, Panglima Besar Jenderal Sudirman dan RA Kartini. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/foc.

Jakarta, Aktual.com – Sejarawan lulusan Universitas Negeri Jakarta sekaligus pendiri Komunitas Historia Indonesia (KHI), Asep Kambali, menjelaskan bahwa tidak semua pahlawan Indonesia berjuang dengan mengangkat senjata.

Asep mengatakan, pejuang Indonesia di masa lalu menunjukkan baktinya kepada bangsa melalui berbagai bidang, mulai dari diplomasi hingga seni dan sastra. Untuk itu, ia berpesan kepada generasi muda agar menekuni bidangnya masing-masing supaya bisa berkontribusi terhadap bangsa dan negara.

“Ingat, pahlawan itu tidak harus memegang senjata, loh. Ada yang kerjanya bikin lagu, Ismail Marzuki, kan enggak ikut perang. Ada yang bikin surat, Kartini. Ada yang bikin karya sastra, Abdul Muis. Ada juga yang coba pidato di dewan seperti MH Thamrin,” kata Asep kepada ANTARA, ditulis Rabu.

“Maka berjuanglah di bidang masing-masing. Kontribusikan untuk bangsa dan negara. Bikin produk atau karya-karya terbaik kalian, maka kalian akan dikenang,” lanjutnya.

Sebagai contoh, Asep menjelaskan bahwa melanjutkan semangat juang para pahlawan hari ini dapat dilakukan dengan menyebarkan konten-konten positif di media sosial.

Dia melanjutkan, bahwa dengan menyebarkan konten-konten positif seperti konten bertemakan sejarah, generasi muda dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme ke masyarakat luas sehingga dia berkontribusi dalam perjuangan melawan lupa akan sejarah.

Asep juga mengajak generasi muda untuk menciptakan sejarah baru melalui bidang masing-masing agar dapat dikenang oleh generasi di masa depan.

Menurutnya, mengambil nilai dari sejarah memang sangat penting bagi generasi muda yang hidup hari ini, namun menciptakan sejarah justru jauh lebih penting.

“Minang terkenal dengan rendang, Bali dengan ayam betutu. Tapi itu kan produk budaya dari ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Nah, kita harus ciptakan satu sejarah baru, satu budaya baru yang berguna untuk masa depan. Dan kita akan dikenang sebagai generasi pencipta, generasi pejuang,” kata Asep.

“Sejarah memang ditulis oleh mereka yang menang, tapi masa depan itu diciptakan oleh kita yang berjuang,” lanjutnya.

Selain itu, Asep mengatakan, generasi muda juga harus hadir layaknya puzzle, menjadi satu keping solusi untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan yang dihadapi negeri.

“Maka ketika peta Indonesia disusun oleh keping-keping solusi, maka akan jadi keren. Tapi kalau anak muda hadir sebagai satu keping masalah, maka Indonesia tidak akan keren, tidak akan maju. Oleh karena itu, bikinlah komunitas-komunitas yang berkontribusi untuk bangsa,” ujar dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Dede Eka Nurdiansyah