Jakarta, Aktual.com — Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa Ban Ki-moon mengecam pembunuhan terhadap seorang brigadir jenderal Burundi, yang pernah bertugas di pasukan perdamaian PBB di negara Afrika Tengah.
Brigjen Athanase Kararuza beserta istri dan putrinya dibunuh di ibukota negara itu, Bujumbura, kata juru bicara PBB Stephane Dujaric dalam pernyataan.
Kararuza adalah penasehat di kantor wakil presiden Burundi.
Dujarrik mengatakan kematian Kararuza menyusul usaha pembunuhan dengan latar belakang politik di Burundi dalam beberapa pekan belakangan, termasuk serangan pada Minggu terhadap Menteri Hak Asasi Manusia, Sosial dan Jender Martin Niviyabandi serta serangkaian serangan terhadap pasukan keamanan.
“Semua kekerasan itu memperburuk keadaan di Burundi. Sekjen mendesak dilakukan penyelidikan yang sepantasnya atas kejadian-kejadian tersebut,” kata Dujarrik.
“Ban meminta seluruh pemuka politik termasuk mereka yang berada di pengasingan untuk menghentikan pemakaian kekerasan dalam agenda politiknya dan berjanji melakukan dialog yang menyeluruh,” katanya.
Serangan balas-membalas pasukan keamanan dari Presiden Pierre Nkurunziza dengan lawannya meningkat sejak April 2015 ketika ia mengumumkan niat mengikuti pemilihan presiden untuk masa jabatan ketiga dan menang pada pemilihan bulan Juli.
PBB menyebutkan 400 orang terbunuh dan 250.000 orang melarikan diri.
Pengadilan internasional akan menyelidiki kekerasan yang merebak di Burundi, kata penuntut Fatou Bensouda, Senin.
Dua dasa warsa lebih sejak konflik genosida terhadap suku Tutsi dan orang Hutu moderat oleh mayoritas Hutu di negara tetangga, Rwanda, PBB mendapat tekanan untuk menghentikan pertumpahan darah di Burundi.
Rwanda dan Burundi memiliki suku sama.
Dewan Keamanan PBB mempertimbangkan pilihan untuk mengirim antara 20-3.000 polisi ke Buruni untuk membantu memadamkan kekerasan politik yang memanas, meskipun pemerintah memberikan pertanda akan menerima 20 orang ahli tak bersenjata.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Nebby