New York, Aktual.com – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Senin (15/1) kembali menyerukan gencatan senjata kemanusiaan secepatnya di Gaza, saat konflik tersebut melewati hari ke-100.
Guterres menekankan bahwa terdapat satu solusi untuk menangani semua masalah terkait korban sipil, kondisi kemanusiaan yang sangat buruk yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza, nasib sandera, dan meningkatnya ketegangan di seluruh wilayah.
“Kita membutuhkan gencatan senjata kemanusiaan secepatnya,” kata Guterres.
Selain kekejaman di Gaza, ketegangan di Tepi Barat yang diduduki semakin meningkat dengan adanya peningkatan kekerasan yang memperburuk krisis keuangan yang sudah mengerikan bagi Otoritas Palestina.
Guterres juga menyatakan kekhawatiran tinggi terhadap meningkatnya ketegangan di Laut Merah dan sekitarnya, memperingatkan bahwa kemungkinan akan menjadi sulit diatasi dalam waktu dekat.
“Saya sangat mengkhawatirkan aksi baku tembak setiap hari di sepanjang Garis Biru. Hal ini berisiko memicu eskalasi yang lebih luas antara Israel dan Lebanon, serta sangat memengaruhi stabilitas kawasan,” kata Guterres.
Seratus hari setelah pecahnya konflik, situasi kemanusiaan di Gaza tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Tidak ada tempat dan tidak ada orang yang aman. Orang-orang yang mengalami trauma terdesak ke daerah-daerah yang semakin terbatas di bagian selatan yang semakin padat dan berbahaya, kata kepala PBB itu. Operasi bantuan juga menghadapi hambatan distribusi yang besar di dalam Gaza, kata Guterres.
Meskipun beberapa langkah telah diambil untuk meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza, bantuan yang menyelamatkan nyawa tidak sampai kepada mereka yang terus-menerus diserang selama berbulan-bulan dengan skala yang dibutuhkan.
Bayang-bayang kelaparan yang berkepanjangan mengintai warga Gaza, bersama dengan penyakit, malnutrisi, dan ancaman kesehatan lainnya, lanjut Guterres.
Operasi bantuan yang efektif di Gaza atau di mana pun memerlukan kondisi dasar tertentu. Keamanan sangat penting. Lingkungan di mana staf dapat bekerja dengan aman diperlukan. Logistik yang memadai dan kelanjutan aktivitas komersial juga diperlukan. Hambatan-hambatan terhadap bantuan sudah jelas, ujarnya.
PBB dan mitranya tidak dapat memberikan bantuan kemanusiaan secara efektif ketika Gaza terus menerima serangan yang begitu berat, meluas, dan tak henti-hentinya.
Sejak pecahnya konflik pada 7 Oktober, sebanyak 152 staf PBB telah tewas di Gaza, jumlah kematian terbesar dalam sejarah organisasi dunia tersebut.
Operasi kemanusiaan menghadapi hambatan yang signifikan di perbatasan Gaza. Bahan-bahan esensial, termasuk peralatan medis yang menyelamatkan nyawa dan suku cadang penting untuk perbaikan fasilitas dan infrastruktur air, ditolak masuk dengan sedikit atau tanpa penjelasan, mengganggu jalur pasokan yang penting dan kelanjutan layanan dasar.
“Kami berusaha untuk meningkatkan respons. Namun, kami membutuhkan kondisi-kondisi yang mendasar,” imbuhnya.
Dia menekankan bahwa semua pihak harus menghormati hukum kemanusiaan internasional, melindungi warga sipil, dan memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi.
“Harus ada peningkatan secepatnya dan besar-besaran dalam pasokan komersial barang-barang esensial. PBB dan mitra-mitra kemanusiaan tidak dapat sendirian menyediakan kebutuhan dasar yang seharusnya juga tersedia di pasar untuk seluruh penduduk,” katanya.
Guterres menyatakan bahwa tidak ada yang bisa membenarkan kekerasan yang dilakukan oleh Hamas. Namun demikian, serangan brutal Israel ke Gaza selama 100 hari terakhir telah menyebabkan kehancuran besar-besaran dan tingkat pembunuhan warga sipil yang belum pernah terjadi sebelumnya selama masa jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal PBB. Sebagian besar yang tewas adalah perempuan dan anak-anak.
Dia menegaskan bahwa hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina tidak dapat dibenarkan.
Artikel ini ditulis oleh:
Sandi Setyawan