Yogyakarta, Aktual.co — Pembongkaran kompleks gedung sekolah SMP dan SMA Marsudi Luhur Yogyakarta untuk dijadikan hotel berbintang memang menimbulkan kesedihan tersendiri bagi guru maupu  siswa-siswi sekolah tersebut. Meski mengaku sedikit kecewa, namun mereka tak bisa berbuat banyak. 
“Ya sebenarnya sayang banget sih kalau dirobohkan. Karena kita lebih merasa enak dan nyaman disana. Tapi mau gimana lagi,” ujar salah seorang siswa SMA Marsudi Luhur yang mengaku bernama Silfi di Yogyakarta, Kamis (30/10). 
Hal senada juga diungkapkan salah seorang guru SMP Marsudi Luhur yang telah 25 tahun lebih mengabdi di sekolah tersebut dan enggan disebut namanya. Ia mengaku sedih melihat kenyataan sekolahnya harus dibongkar dan dirubuhkan.
“Tentu yang namanya sedih itu manusiawi. Karena pasti ada sesuatu yang hilang. Namun saya tetap berpikir positif. Karena bagaimanapun yayasan memutuskan untuk merobohkan sekolah dan membangun hotel itu tujuannya tak lain ingin mengembangkan yayasan Marsudi Luhur itu sendiri,” katanya. 
Drajad salah satu alumnus SMA Marsudi Luhur yang mengaku angkatan tahun 1990an mengaku sedih dan menyayangkan keputusan pihak yayasan yang akhirnya “menyerah” untuk mengelola SMA Marsudi Luhur sebagai salah satu lembaga pendidikan yang sempat berjaya di era tahun 80-90an tersebut.
“Menurut saya pribadi kalau bisa mestinya ya tetap dipertahankan. Kalau memang sekarang muridnya kurang ya mestinya diperbaiki kualitasnya sehingga bisa lebih berkembang. Tapi ya mudah-mudahan keputusan ini adalah yang terbaik,” katanya.
Dinas pendidikan Kota Yogyakarta senndiri menyatakan pembongkaran kompleks gedung sekolah SMP dan SMA Marsudi Luhur Yogyakarta untuk dijadikan hotel berbintang sepenuhnya merupakan kewenangan pihak Yayasan Marsudi Luhur yang menaungi dua sekolah tersebut.
Kelala Dinas pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Swasana menyatakan pihaknya tak bisa ikut campur dalam urusan rumah tangga setiap yayasan. Termasuk dalam pengambilan keputusan pihak yayasan Marsudi Luhur terhadap SMA dan SMP yang dinaunginya. “Pertama itu hak yayasan. Kedua regruping atau penggabungan dua sekolah seperti itu juga biasa di lakukan di sejumlah SD negri. Selama seluruh siswa tidak dirugikan dengan adanya hal tersebut kan tidak masalah,” katanya. 
Sedangkan pihak yayasan Marsudi Luhur sendiri sampai saat ini belum dapat dikonformasi karena sulit ditemui.
Sementara salah seorang guru SMP Marsudi Luhur berharap di bawah kepemimpinan presiden baru Jokowi dengan pembantunya mentri Pendidikan Dasar Menengah dan Kebudayaan, Anies Baswedan, pemerintah dapat lebih peduli terhadap sekolah-sekolah swasta. 
“Saya berharap di kepemimpinan presiden baru, pemerintah tidak lagi melakukan diskriminasi dalam memperhatikan sekolah-sekolah swasta. Karena bagaimanapun sekolah swasta juga turut berkontribusi dalam memajukan dunia pendidikan selama ini,” katanya.