Mamuju, aktual.com – Sekretaris Provinsi Sulawesi Barat Muhammad Idris mengajak para guru di daerah itu untuk melakukan perbaikan cara berpikir dan bekerja, terutama cara mengelola pendidikan yang harus lebih inovatif sesuai yang diinginkan Mendikbud Nadiem Makarim.
Penegasan itu disampaikan Muhammad Idris pada Peringatan Hari Guru Nasional tingkat Provinsi Sulbar di Mamuju, Senin.
Peringatan Hari Guru Nasional dengan tema itu ‘Guru Penggerak Indonesia Maju’ dilaksanakan di lapangan upacara Kantor Gubernur Sulbar yang dihadiri sejumlah guru yang ada di daerah itu.
“Permasalahan kita di Sulbar, bagaimana membuat kualitas pendidikan itu semakin baik, tentu kuncinya ada pada guru,” kata Muhammad Idris.
Sekprov mengajak semua pihak untuk tetap berkomitmen bersama dalam berupaya memastikan, bahwa guru adalah teladan dalam melakukan pendidikan yang terbaik untuk bangsa.
Ia menambahkan, permasalahan pendidikan saat ini cukup kompleks, seperti distribusi guru yang tidak merata antara di perkotaan dan pedesaan serta kompetensi guru yang masih perlu perbaikan.
Pada kesempatan itu, Sekprov juga membacakan pidato tertulis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim.
Dalam pidato tertulisnya, Nadiem meminta guru melakukan perubahan kecil di kelas di manapun berada, seperti mengajak kelas berdiskusi bukan hanya mendengar, berikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas, cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas, temukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri dan tawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan.
“Apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak,” tandasnya.
Mendikbud juga menyatakan, dirinya tidak akan membuat janji-janji kosong, meskipun perubahan adalah hal yang sulit dan penuh dengan ketidaknyamanan.
“Satu hal yang pasti, saya akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia. Perubahan tidak dapat dimulai dari atas, semuanya berawal dan berakhir dari guru. Jangan menunggu aba-aba, jangan menunggu perintah, ambillah langkah pertama,” imbau Nadiem
Melalui momen itu, di awal pidatonya, Nadiem tidak lupa menyampaikan permohonan maaf karena pidatonya sedikit berbeda dari pidato Menteri pendahulunya, yang biasanya tradisi Hari Guru dipenuhi oleh kata-kata inspiratif dan retorik.
“Mohon maaf, hari ini pidato saya agak sedikit berbeda. Saya ingin berbicara apa adanya, dengan hati yang tulus, kepada semua guru di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke,” ujar Nadiem.
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulbar Arifuddin Toppo juga berharap, semua pihak dapat memaknai momentum hari guru untuk bisa berfikir jauh ke depan menjadikan generasi penerus sebagai agen pembangunan.
“Kita semuanya bisa memaknai hari guru ini, bagaimana kita berfikir jauh ke depan melihat generasi kita untuk dipersiapkan sebagai agen pembangunan yang akan menghadapi berbagai tantangan. Jadi perlu memang sekolah-sekolah berinovasi dalam mempersiapkan generasi-generasi ke depan,” urai Arifuddin.
Menanggapi pernyataan Mendikbud terkait upaya kemerdekaan belajar di Indonesia, Arifuddin mengaku hal tersebut sangat menarik, sebab menurutnya kemerdekaan belajar menjadi hal yang utama harus dilakukan ke depan.
“Apa yang disampaikan Mendikbud dalam pidatonya itu sangat menarik. Yang dimaksud kemerdekaan belajar, memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi, bahkan juga diajak untuk bisa mengajar, sebab yang terjadi selama ini yang dilihat mungkin monolognya hanya satu arah dari guru saja,” kata Arifuddin. [Eko Priyanto]
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin