Menteri BUMN Rini Soemarno (kiri) berbincang dengan Menteri ESDM Sudirman Said (kanan) sebelum mengikuti sidang kabinet paripurna di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Senin (23/11). Presiden Joko Widodo meminta seluruh menterinya merencanakan program kerja 2016 dengan baik dan matang serta belajar dari pelaksanaan program 2014-2015 sehingga tidak ada lagi regulasi dan kebijakan yang bertabrakan dengan kementerian/lembaga lainnya atau menjadi polemik di masyarakat dan sesuai dengan Nawacita. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/aww/15.

Jakarta, Aktual.com – Kendati dianggap sudah agak terlambat, reshuffle Kabinet Joko Widodo (Jokowi)- Jusuf Kalla (JK) memang diperlukan guna menggenjot kinerja yang selama ini dianggap amburadul.

Apalagi memang, di sektor keuangan, pos-pos menteri yang ada di situ, selain mengganggu kinerja keuangan negara, mereka juga kerap memberi angin surga kepada Presiden Jokowi.

“Saya sangat concern dengan Menteri ESDM Sudirman Said dan Menteri BUMN Rini Soemarno, yang harus dicopot. Selain itu Menteri Perhubungan gara-gara teror mudik kemarin juga menjadi layak dicopot,” ungkap Wakil Ketua Umum Gerindra, Arief Poyuono, kepada Aktual.com, Jumat (15/7).

Menurutnya, kinerja menteri ekonomi yang kurang baik itu akan sangat menambah kondisi lebih parah. Meningat, situasi ekonomi dunia juga sedang kurang beruntung di era pemerintahan Presiden Joko Widodo ini. Sehingga yang ada malah, keadaan ekonominya kian kritis jika ditinjau dari keuangan negara.

“Selama hampir dua tahun pemerintahan Joko Widodo ini hanya sibuk dengan kegaduhan yang disebabkan dari menteri-menterinya yang tidak kompeten,” sebut dia.

Bukannya, mereka itu membantu Presiden untuk memperbaiki perekonomian dan keadaan sosial Indonesia yang lebih baik, malah kian carut marut pasca SBY. Yang ada, mereka hanya memberi angin Surga kepada Joko Widodo.

“Rini dan Sudirman rapornya sangat merah. Sangat layak diganti,” cetus dia.

Kinerja Menteri BUMN, kata dia, justru dari sisi dividen dan pendapatan BUMN setelah dipegang Rini Soemarno makin jeblok. Malah kian memberatkan APBN dengan cara meminta Penyertaan Modal Negara (PMN) ke DPR.

“Itu artinya, Rini tidak punya kemampuan untuk men-drive BUMN untuk go international mencari pendanaan. Tetapi bukan pendanaan yang justru akan mengancam kepemilikan saham pemerintah di BUMN,” ungkapnya.

Sementara Sudirman, tegas dia, lucunya kinerja dia ini katanya di sektor energi mau membongkar mafia minyak dan gas bumi (Migas). Tapi nyatanya, mafia migas itu tidak kelihatan.

“Dia membentuk tim untuk membongkar mafia Migas dengan membubarkan Petral, nah Petral sudah bubar tapi mana Mafia migasnya? Yang ada malah terbentuk kembali group baru mafia import Migas di Pertamina,” cetus Arief.

Sementara itu, lanjut Arief, kinerja amburadul Sudirman juga hanya bisa memberi angin surga kepada Jokowi. Salah satunya terkait program 35 ribu mega watt (MW).

“Mana program 35 ribu MW itu? Pembangkit listrik juga tak kunjung berjalan. Semua hanya dalam wacana, bukan tindakan. Itu program yang tak realistis. Hanya angin surga saja,” pungkas Arief.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan