Jakarta, Aktual.com – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut laju sektor riil harus digenjot pemerintah di tengah masih melambatnya sektor swasta dalam melakukan investasi usahanya. Kadin berharap paket kebijakan ekonomi bisa berdampak positif ke pertumbuhan sektor riil yang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi.
“Pemerintah dan kita semua harus mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mendorong sektor riil. Karena sektor riil ini harus dapat bertumbuh lebih cepat agar kontribusinya kepada pertumbuhan ekonomi nasional yang sangat vital ini bisa lebih besar lagi,” cetus Ketua Umum Kadin, Rosan Roeslani di Jakarta, Senin (5/12).
Ditekankan dia, paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah sejak bulan September 2015 lalu dapat menjadi kebijakan untuk menjaga agar pertumbuhan ekonomi tetap tinggi.
“Hingga paket yang ke-14 ini, pemerintah telah mengarahkan paket kebijakan tersebut ke sejumlah sektor mulai dari sektor infrastruktur dan logistik, industri, energi, pangan, sektor tenaga kerja hingga terakhir sektor e-commerce,” jelasnya.
Paket Kebijakan ekonomi tersebut mencakup deregulasi sejumlah peraturan yang diangap menghambat investasi, debirokratisasi untuk mempercepat dan mengefisienkan pelayanan publik, serta pemberian berbagai insentif dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, bonus demografi menurut Rosan juga bisa dimanfaatkan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi, maka Kadin mendukung upaya pemerintah untuk menggenjot pendidikan vokasi. Sebab pendidikan vokasional menjadikan lulusan sekolah memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri dan lebih siap bekerja di sektor riil.
Selain pendidikan vokasi yang akan mendorong kecocokan (link-and-match) dari angkatan kerja, jumlah lapangan kerja perlu ditingkatkan. Hal ini akan terwujud jika investasi di sektor riil terus meningkat. Sayangnya, belakangan ini investasi swasta agak melemah.
Rosan membeberkan indikasi pelemahan dapat dilihat dari pelemahan investasi pada Triwulan II – 2016 yang hanya tumbuh 5,06 %, lebih kecil dari Triwulan-I 2016 yang mencapai 5,57%. Sektor industri kembali melambat pada Triwulan III-2016 yang hanya tumbuh 4,56 %. Kontribusi sektor industri pada Triwulan III-2016 hanya mencapai 19,90% atau lebih rendah dibandingkan Triwulan II-2016 yang mencapai 20,48%.
“Jadi, sektor riil masih bersikap wait and see untuk melakukan belanja modal,” tegasnya.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Organisasi dan Keanggotaan, Anindya Bakrie, menambahkan, sektor industi harus direvitalisasi. Makanya, sektor industri perlu mendapatkan perhatian serius. Karena industri merupakan penggerak utama dalam ekonomi suatu negara.
“Pertumbuhan sektor industri yang tinggi akan memberikan multiplier effect terhadap sektor-sektor lainnya. Sehingga dapat meningkatkan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan,” tandas Anindya.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid