Jakarta, Aktual.com – Politisi Partai Golkar Yorrys Raweyai menyatakan prihatin dengan terus melorotnya elektabilitas Partai Golkar dari waktu ke waktu dan hasil survei menyimpulkan Partai Golkar saat ini berada di posisi ketiga.
“Padahal, Partai Golkar pada pemilu 2004 menjadi pemenang pemilu dan tiga kali pemilu lainya pada era reformasi selalu berada di posisi kedua,” kata Yorrys Rawuyai, di Jakarta, Senin (12/11).
Menurut Yorrys, mencermati hasil survei dari beberapa lembaga survei akhir-akhirnya, menyimpulkan Partai Golkar sudah berada di posisi ketiga dan hampir memasuki posisi keempat.
Melorotnya elektabilitas Partai Golkar, menurut dia, tidak terlepas dari proses awal, yakni sejak kepemimpinan Aburizal Bakrie sebagai ketua umum, kemudian Setya Novanto dan sampai ke Airlangga saat ini.
“Ada hal-hal prinsip kenapa elektabilitasnya terus menurun,” katanya.
Ketua DPP Partai Golkar Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) era kepemimpinan Setya Novanto ini menjelaskan, pada saat itu dirinya melakukan kajian, guna mencari tahu faktor penyebab menurunnya elektabilitas Partai Golkar.
“Hasil kajian itu menyimpulkan, penyebabnya adalah faktor kepemimpinan dan adanya kader partai yang terjerat kasus korupsi,” katanya.
Mantan anggota DPR RI ini menegaskan, faktor adanya kader yang terjerat kasus korupsi ini menyandera elektabilitas partai, sehingga dilakukan re-branding dengan moto, Partai Gilkar Partai Bersih, pada saat Airlangga terpilih sebagai ketua umum Partai Golkar melalui musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) di Jakarta pada Desember 2016.
Ternyata kepengurusan Airlangga, kata dia, masih ada kader-kader partai yang masuk dalam kategori terjerat kasus korupsi.
Yorrys menyoroti, kasus dugaan korupsi pada pengadaan PLTU di Riau yang menjerat mantan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto dan kemudian Sekjen Idrus Marham, serta anggota DPR RI dari Partai Golkar Eni Saragih.
“Ada juga beberapa nama disebut dalam kasus ini,” katanya.
Menurut Yorrys, adanya kader yang terserat kasus korupsi ini harus segera dibersihkan dari partai, karena kalau tidak dibersihkan akan memberikan citra buruk bagi partai, sehingga sulit untuk meningkatkan elektabilitas partai.
“Ingin saya katakan bahwa Partai Golkar harus memberikan dukungan kepada KPK dan juga secara internal oleh kepemimpinan di Partai Golkar guna bersih-bersih,” katanya.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan