Menteri BUMN Rini Soemarno (kiri) berbincang dengan Menteri ESDM Sudirman Said (kanan) sebelum mengikuti sidang kabinet paripurna di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Senin (23/11). Presiden Joko Widodo meminta seluruh menterinya merencanakan program kerja 2016 dengan baik dan matang serta belajar dari pelaksanaan program 2014-2015 sehingga tidak ada lagi regulasi dan kebijakan yang bertabrakan dengan kementerian/lembaga lainnya atau menjadi polemik di masyarakat dan sesuai dengan Nawacita. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/aww/15.

Jakarta, Aktual.com — Direktur Eksekutif Aufkalrung Institut, Dahroni Agung Prasetyo, merasa heran dengan Presiden Joko Widodo. Ada beberapa pembantunya di Kabinet Kerja yang hampir dua tahun terakhir bekerja tidak sesuai dengan semangat Nawa Cita, namun tidak kunjung direshuffle.

Pembantunya dikabinet tersebut adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said. Dua menteri yang dinilainya tidak memiliki semangat nasionalisme.

Menteri BUMN Rini Soemarno, kata dia, dalam mengemban amanah yang diberikan Presiden selama ini kerap mengeluarkan kebijakan yang tidak pro wong cilik. Padahal visi dan misi besar pemerintahan Jokowi sangat jelas, terjabarkan dalam Nawa Cita yang mengedepankan kedaulatan di berbagai bidang.

Kebijakan demi kebijakan Rini, selain tidak mementingkan nasionalisme, juga membuat situasi di kabinet menjadi gaduh. Proyek kereta cepat Jakarta – Bandung menjadi salah satu kebijakan dimaksud.

“Proyek (kereta cepat) ini dipaksakan dan berpotensi akan merugikan negara,” tegas Dahroni, Kamis (31/3).

Sementara Menteri ESDM Sudirman Said, terlihat dari kasus Freeport dan pengelolaan Blok Masela yang membuktikan bahwa yang bersangkutan tidak paham Nawa Cita. Yang ada, Sudirman Said justru mau menikam program besar Jokowi.

“Sudirman itu pembantu presiden atau jurubicara Inpex atau Shell? Maka harus segera diganti. Dua menteri ini paling pantas dipecat Jokowi,” tukas Dahroni.

Artikel ini ditulis oleh: