Jakarta, Aktual.com — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 47 poin menjadi Rp13.988 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.941 per dolar AS.
“Nilai tukar rupiah kembali mengalami tekanan terhadap dolar AS, sentimen eksternal masih menjadi faktor utama mata uang domestik mengalami tekanan,” ujar Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Senin (24/8).
Menurut dia, negara tujuan ekspor utama Indonesia, salah satunya Tiongkok yang belum memperlihatkan kondisi yang membaik membuat fundamental ekonomi Indonesia akan melambat sehingga situasi itu membuat pelaku pasar uang cenderung melepas mata uang rupiah karena dinilai berisiko dan memegang dolar AS.
Di sisi lain, lanjut dia, belum adanya kepastian dari the Fed untuk menaikan suku bunganya juga menambah sentimen negatif bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Diharapkan, the Fed segera memutuskan kebijakannya sehingga dapat meredam ketidakpastian di pasar valas negara berkembang.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa adanya intervensi dari Bank Indonesia salah satunya melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder, cukup positif dalam menahan depresiasi nilai tukar rupiah lebih dalam.
“Bank Indonesia cukup aktif menjaga fluktuasi rupiah sehingga tekanan yang terjadi tidak lebih dalam dibandingkan mata uang di kawasan Asia lainnya,” katanya.
Menurut Ruly Nova, pelaku pasar uang mengharapkan adanya realisasi percepatan belanja infrastruktur karena dengan membaiknya sektor itu akan mendorong fundamental ekonomi Indonesia menjadi lebih baik, yang akhirnya dapat menopang mata uang rupiah.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (24/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.998 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.895 per dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka