Setiap tanggal 10 November, seluruh rakyat Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Hari pengingat sekaligus penghormatan terhadap para Kusuma Bangsa yang telah gugur di medan laga. Khususnya dalam peristiwa pertempuran besar yang meletus pada tanggal 10 Nopember di Kota Surabaya.
Selama hampir 3 pekan perang berlangsung , yang dalam beberapa literatur sejarah dunia, salah satunya ditulis oleh tentara Inggris, disebut sebagai neraka peperangan pasca Perang Dunia II. Dimana tentara sekutu yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Belanda sebagai pemenangnya.
Peristiwa di Surabaya ditandai dengan mendaratnya kapal perang Inggris di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, pada 25 Oktober 1945. Tujuan awalnya adalah membebaskan tawanan perang dan melucuti tentara Jepang yang telah menyerah di Pulau Jawa.
Para pemuda Surabaya saat itu merasa gerah. Sebab meski telah diproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, tentara sekutu tetap mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak.
Kelompok tentara sekutu Inggris ini sebagai kelompok tentara sekutu Allied Forces Netherland East Indies (AFNIE) disertai dengan tentara Netherland Indies Civil Administration (NICA) yang membonceng tentara Inggris mendarat di Surabaya.
Proklamasi Kemerdekaan sendiri merupakan tonggak sejarah merdekanya sebuah bangsa yang bernama Indonesia. Proklamasi dilanjutkan dengan disahkannya dasar negara dan hukum dasar sebagai kontitusi tertulis menandai lahir berdirinya sebuah negara.
Sebelum tentara Inggris bersama tentara NICA mendarat di Surabaya, para tentara sukarelawan rakyat (TRI) dan milisi bersenjata seperti Hisbullah telah melucuti tentara jmJepang yang menyerah dan mengakui kalah pada Perang Dunia II.
Persenjataan berat, baik artileri, senapan mesin pembangkit serangan udara hingga meriam milik tentara Jepang telah disita dan digunakan untuk pertahanan dari Tentara Rakyat Indonesia yang pernah dididik Jepang dalam kemiliteran.
Dari sinilah pada gilirannya menyebabkan pertempuran besar berminggu-minggu dan jatuhnya beberapa pesawat Inggris di Surabaya yang sejak mendarat di Tanjung Perak sudah terjadi gesekan pertempuran secara sporadis dibeberapa titik.
Hingga diumumkannya genjatan senjata oleh Inggris saat itu, karena banyaknya patroli tentara Inggris dibantai dan dijebak dijalan-jalan Surabaya oleh para pejuang saat itu.
Peristiwa pemicu perang besar terjadi saat perwakilan dari NICA tentara Belanda mengibarkan bendera Belanda diatas hotel YAMATO (Hotel Tunjungan). Dimana perwakilan dari Kota Surabaya yakni Residen Soedirman, Sidik dan Hariyono perwakilan dari pemuda Surabaya, bertemu tentara Belanda WVC di Hotel Yamato.
Mereka meminta agar Belanda menurunkan bendera diatas hotel tersebut dan Belanda menolak bahkan mengacungkan pistol kepada perwakilan pemuda Surabaya tersebut di loby hotel.
Maka terjadilah peristiwa heroik dimana para pemuda Surabaya dengan tangga menaiki tiang bendera dan menurunkan dan merobek bendera Belanda tersebut. Setelah peristiwa tersebut dalam sebuah iring-iringan terjadi pertempuran di sudut Kota Surabaya.
Mobil Brigadir Jendral Mallaby terjebak pertempuran dan tertembak mati, yang lalu pengganti dari Brigadir Jendral Mallaby, yakni Mayor Jendral Eric Carden Robert Mansetgh mengeluarkan ultimatum melalui selebaran yang ditebar melalui udara.
Artikel ini ditulis oleh:
Tino Oktaviano