Dua siswa berkebutuhan khusus mempraktekkan cara melakukan azan dalam program Pesantren Kilat di SLB Negeri Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (15/6). Sejumlah materi agama, seperti belajar salat, azan, hingga wawasan keagamaan lainnya, diberikan selama Ramadan ini dengan pendekatan khusus untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan para siswa SLB yang beragama Islam. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/pd/16.

Jakarta, Aktual.com – Mantan terpidana kasus terorisme Sofyan Tsuari mengatakan, semangat masyarakat dalam mempelajari agama dewasa ini rentan dimanfaatkan oleh teroris untuk menyebarkan doktrin terorisme mereka.

“Ada fenomena kesolehan sosial di masyarakat. Mereka banyak mempelajari agama, namun cenderung suka belajar agama yang instan. Orang-orang seperti ini rentan,” kata Sofyan Tsuari dalam diskusi bertajuk Membedah Revisi Undang-undang Anti Terorisme, di Jakarta, Sabtu (3/6).

Menurut dia, hal ini berbeda dengan ajaran agama yang diajarkan oleh Nahdlatul Ulama. NU mengajarkan materi agama dengan pendekatan dari berbagai sumber ilmu.

“NU pendekatannya tidak menggunakan satu dalil saja tapi beberapa dalil, lalu dikembalikan kepada masyarakat mau menggunakan dalil yang mana.”

Namun sebagian masyarakat kosmopolitan tidak menyukai pendekatan seperti itu. “Masyarakat suka dengan ceramah-ceramah dengan jawaban yang instan, tegas.”

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu