Hal ini terlihat dari beberapa hasil pemanfaatan lingkungan oleh Perseroan seperti pengelolaan air, Semen Indonesia telah lama memanfaatkan area bekas tambang tanah liat yang telah direklamasi menjadi embung dan digunakan sebagai sumber air untuk pertanian di Tuban. Upaya ini dapat menambah cadangan air yang mampu meningkatkan produktivitas petani di sekitar Pabrik.

Area bekas tambang tanah liat saat ini sekitar 122,7 hektar yang tersebar di beberapa tempat mampu menampung air hujan sebanyak 4,6 juta m3 air yang mampu mengairi sawah seluas 133,5 ha sepanjang tahun, sehingga petani dapat panen padi tiga kali lipat dalam setahun. Adapun pemanfaatan area bekas tambang kapur dilakukan penghijauan dengan menanam pohon pelindung dan tanaman produktif serta tanaman buah.

“Masyarakat sekitar pabrik juga dilibatkan dalam penanaman berbagai jenis tanaman pangan seperti jagung, kacang tanah dan sebagainya, serta terus dilakukan pembinaan untuk dapat bekerjasama dengan Dinas Pertanian setempat. Kelompok masyarakat ini disebut sebagai petani green belt,” imbuhnya.

Disamping pemanfaatan pengelolaan air melalui embung, Perseroan juga memiliki program penyelamatan lingkungan dengan memanfaatkan sampah perkotaan menjadi bahan bakar alternatif melalui proyek Refuse Drived Fuel (RDF) atau program Waste to Zero. Semen Indonesia melaksanakan program Waste to Zero di lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ngipik, Kabupaten Gresik.

Dalam setiap harinya, tempat pengolahan sampah mampu mengolah 650 m3 sampah atau 217 ton per harinya, sehingga secara langsung juga memberikan kontribusi pengurangan sampah perkotaan yang dihasilkan oleh Kabupaten Gresik sendiri. Olahan sampah yang dihasilkan nantinya akan menjadi padatan yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai tanah urug, sampah organik yang diolah menjadi kompos serta cacahan plastik dan bahan yang bisa dibakar sebagai campuran bahan bakar biomass untuk pabrik di Tuban.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka